Minggu, 23 Desember 2012

VAKANSI. PLANET. MERAH


Kemarin, saat mata saya sedang asyik menelanjangi tubuh indahnya mas Gale Harold, tiba-tiba pintu kamar saya digedor-gedor sama tangan kurang ajar. Jangan-jangan malam ini ada sidak dari para polisi moral yang terlalu banyak mengkonsumsi Parasetamol. Sial, ini bukan mesum bung: hanya ‘self-service’, menyenangkan diri sendiri tidak dosa toh? – neraka berdarah! Inilah akibat terlalu banyak membaca cerita erotik: aliran darah rasanya seperti digelitik hingga detak jantung menjadi titik titik berbintik.

Oh! Ternyata bukan mereka. Rupanya perempuan berambut merah bata yang nongol di balik pintu. Ah, sama saja. Tak kalah menyebalkannya dari sangkaan saya yang pertama. Perempuan itu adalah objek iri dengki saya selama beberapa hari ini. Bayangkan, berburu jejaka di Jogja katanya, tapi malah malas mengajak saya. “Aku lihat kamu sibuk dengan teman-teman tak kasat matamu. Aku takut menganggu kesenanganmu,” itu alasan gombal-gembelnya. Huh, bilang saja takut bersaing dengan saya. Sekarang, dia seperti iblis dari perut bumi dengan rambut merah batanya itu. Berkacak pinggang memenuhi pintu sambil menyeringai lebar hingga menyentuh lubang telinga, siap mencabut nyawa saya. Menyebalkan! Kenapa malah dia yang tampak menyeramkan.

“Ada apa?” Tanya saya sambil tak acuh memonyong-monyongkan bibir.
“Ini ada titipan surat untukmu,” balasnya sambil melambaikan amplop berukuran sedang berwarna merah darah.
 “Dari siapa?” tanya sayapenasaran sambil membolak-balik dan mengguncang-guncang surat misterius itu, siapa tahu ada koin berpeti-peti yang jatuh.
“Aku tidak tahu, tiba-tiba saat aku bangun tadi pagi ada surat itu di atas kasurku. Lalu ada suara di belakang kepalaku yang bilang: berikan ini pada teman anehmu berinisial LM. Bukankah itu terdengar seperti MLM – Multi Level Marketing? Sungguh selera nama yang buruk.”
“Terus?” kejar saya tak sabar, anak ini berputar-putar menguji kebijakan saya.
“Terus … setelah berpikir dan merenung  siapa si LM itu, maka ketemulah kamu. Salahku telah melewatkan petunjuk paling krusial ‘teman anehmu’, hehe …
Well, penjelasan yang bagus, ntar  saya masukin ke kutipan-tahun-ini,” ujar saya pura-pura antusias meski dalam hati ngedumel ‘plis deh nggak penting banget’.
Ini nih pertanyaan yang lebih penting, “Terus kamu bela-belain datang ke sini gitu? Benar-benar bukan kamu yang saya kenal.”
“Hahaha, ya nggak mungkinlah. Ngapain aku belain datang jauh-jauh dari Jogja ke sini hanya demi selembar surat anonim. Begini ceritanya: malem ini aku tanpa sengaja ketemu Doraemon lagi ngopi di angkringan. Terus aku godain dikit deh, eh dianya mau minjemin aku pintu kemana sajanya. Dan taraaa … jadilah aku di sini sekarang.”
“Oh wow!” Entah suara saya barusan itu terdengar sebagai ungkapan rasa kagum atau cemburu semata. Ini benar-benar tak masuk akal, bagaimana mungkin orang punya keberuntungan seberuntun itu. Brengsek, saya harus mulai memikirkan mengganti warna rambut menjadi merah menyala agar si Dewa Hoki lebih tertarik sama saya.

“Baiklah anak aneh, tugasku sudah selesai. Sekarang saatnya kembali untuk melanjutkan petualangan berburu jejaka. Daa daaagh … Au revoir … “
Belum sempat menyahut, eh dia nyela lagi, “Hei kamu: sini, berikan aku pelukan dan ciuman selamat tinggal.” Ha-hah, dasar cewek ambigu.

Baiklah, perempuan itu telah berlalu. Saatnya membaca surat merah ‘entah-dari-siapa’ ini. Pelan-pelan dibuka sampulnya, eh ternyata ada selembar halaman surat berlatar putih dengan tinta merah. Setelah menyamankan posisi duduk, mulailah saya membaca dengan seksama:

Hei makhluk bumi pilihan. Kami alien dari planet merah mengundang anda untuk bervakansi ke planet kami. Mungkin ini bisa membantu anda untuk melakukan observasi betapa kerennya planet kami. Dan betapa anda tak akan menyesal bila suatu hari ingin tinggal di sini.
Kami memilih anda karena menurut penilaian agen rahasia kami di bumi; anda adalah keren.
Saran kami pada anda; khusus saat berpiknik ke sini nanti berbusanalah seabsurd mungkin dan bertingkahlah seperti anda yang biasanya agar para alien kami tahu bahwa anda memang pantas untuk kami undang kemari. Janganlah berupaya senormal mungkin, itu akan terlihat janggal di mata kami.
Para utusan kami akan menjemput anda tepat di malam natal. Di saat semua orang teralihkan pada kedatangan Sinterklas, anda dengan aman tanpa disadari siapapun akan melaju ke planet merah menaiki UFO yang akan dengan mulus mendarat di pekarangan belakang rumah anda.
Baiklah, tunggu kami di tanggal 24 malam 25 dan kita akan bersuka ria berhuru hara sampai perutmu mual menahan tawa.
Sampai jumpa lagi, salam membara dari planet merah!

Nb: di planet kami tumbuh idiom lama yang dijaga kelangsungan hidupnya; ‘orang keren tak akan datang dengan tangan hampa.’


Oooh wooow … Ini benar-benar keberuntungan tak terbayangkan. Saya senang, saya riang, saya melayang. Ini benar-benar kehormatan tiada terkira. Rasanya saya ingin meledak saking gembiranya. Melompat lompat, membenturkan tubuh ke tembok, guling-guling di ranjang sampai jatuh berdentum mencium lantai: semua itu tak cukup mengekspresikan letupan emosi saya sekarang ini. Jejaring tubuh saya isinya dopamin semua. Hahaha, tolong! Saya bisa mati kegirangan. AKHIRNYA SAYA BISA MELIHAT PLANET MERAH!

Meski alien itu tak mau rugi tapi dengan senang hati saya mau memenuhi. Jadi kira-kira apa ya yang akan saya bawa ke sana? Yang sekiranya keren dan tak ada di sana. Oke, saya akan membuat daftarnya sekarang. Meski ini agak spekulatif, namun tak akan melenceng jauh saya kira. Bukankah cara berpikir mereka agak mirip dengan saya, kalau tidak bagaimana mungkin mereka bisa tertarik sama saya. iya, saya penganut paham Narsistiks-Kompleks.

Inilah daftar apa-apa yang sekiranya akan saya bawa sebagai cindera mata pengikat hati untuk para sahabat dan rekan alien di planet merah sana:

1. Bibit tomat merah dan durian
Saya ingin menunjukkan kepada mereka bahwa dua jenis buah itu adalah hasil dari peradaban manusia yang berbudi luhur.

2. Cetak biru standar tampan menurut saya
Ini semata kalau suatu saat saya menetapkan pilihan untuk tinggal di sana, para pemuda alien akan punya ‘rambu-rambu’ untuk mendekati saya.
Ini standar garis besar secara fisik: rambut gondrong, bahu lebar, tungkai kaki panjang, sorot mata berbahaya, ketek nggak boleh dicukur mulus, dll [dipikirin belakangan].
Saya nggak mau kasih tau standar non fisiknya seperti apa, karena ini rahasia saya dengan alien planet merah. Lebih kurang ajar atau lebih bersahabat, silahkan berteka-teki.

3. Wafer coklat ‘Superman’
Hai, para alien. Kalian tak perlu segenggam pil penenang atau obat-obatan yang menghalusinasi, cukup sebatang wafer coklat superman: jilat, gigit, kunyah, telan, dan kalian akan terbang ke awan.

4. Cotton Buds
Saat alien-alien itu sedang berkontemplasi atau meditasi, pengorek lubang kuping itu akan membantu mereka lebih cepat mencapai nirwana.

5. Syahrini
Saya akan membawa semua rekaman sepak terjang teteh Syahrini. Mulai dari yang bulu-mata-anti-badai, jambul terowongan Casablanca, Bubu, hingga cethaaar membahana badai tsunami. Siapa tahu alien-alien di sana sedang kekurangan hiburan. Jadi ini bisa dijadikan penghilang stress para alien yang dituntut untuk selalu keren.


Ah, sudah. Itu sudah cukup untuk buah tangan yang keren. Sekarang saatnya berkemas kemas. ‘Siapkan keranjang kayumu dan kita pergi bervakansi. Jangan lupa bawa bekal secukupnya, udara di luar gampang membuat lapar. Syananana … ’


Tidak ada komentar: