Minggu, 13 November 2011

AKU. KEPALA. TEMAN UBUR-UBUR. ABSTRAK & ABSURD


x : "Hei, aku ada rahasia."
y : "Apakah?"
x : "Ada sesuatu di kepalaku yang hanya aku dan tuhan yang tahu."
y : "Semua juga pasti begitu, bukan hal yang aneh."
x : "Tapi ini lain. Bukan apa yang ada di isi otakku, melainkan apa yang terjadi dengan tempurung otakku. Sekali lagi ini tidak ada kaitannya dengan esensi."
y : "Jadi apakah sesuatu dengan kepalamu itu."
x : "Hmm... tapi kau harus janji tak akan berbagi ini dengan siapapun."
y : "Bukankah aku ini teman ubur-uburmu. Huh!"
x : "Hehehe, iya. Jadi begini, pernahkah kau merasa kepalamu itu seperti balon? yang setiap berlalunya jam dan detik akan selalu diimbangi dengan menyusutnya volume gas. kalaupun tidak, sepadat dan sestabil apapun - dikemudian hari pasti akan bermunculan mata ikan di balon gasmu. Dan, Door!!! tinggal menunggu waktu saja untuk melihatnya seperti itu."
y : "lalu, apakah itu merisaukanmu?"
x : "Pada awalnya aku tidak memperdulikannya. Tetapi semakin kesini mau tak mau aku harus hirau padanya. Kepalaku sudah tidak multitasking lagi - fokus sudah mulai melemah. Aku jadi lebih pelupa pada kejadian-kejadian yang baru terjadi."
y : "Hahaha. Kau ini sudah seperti manusia usia kepala tujuh puluhan saja."
x : "Hahaha... ya, memang lucu kedengarannya. Aku saja juga hampir tak percaya. Bahkan pernah terfikir olehku bahwa ini adalah ulah para alien. Di malam hari diam-diam mereka menanamkan bibit penuaan dini di lahan kepalaku. Dan mereka menggunakannya untuk mengkontaminasi mimpi-mimpiku."
y : "Ehm, apakah kau yakin? Bukannya engkau sendiri pernah bilang bahwa dirimu itu adalah alien dari planet anonim. Seharusnya kau punya antibody atau paling tidak memiliki imunitas yang tinggi terhadap invasi alien-alien itu."
x : "Hmm... masuk akal juga kata-katamu. Jadi apa yang harus kulakukan?
y : "Mudah saja, bila kau punya cukup uang sewa saja detektif swasta, kalau tidak begitu laporkan saja pada secret agent. Aku rasa ini bukan hal yang remeh temeh lagi, karena mereka sudah punya nyali untuk menyerang secara frontal dan personal."
x : "... bau tanah basah sisa hujan semalam sepertinya telah membuat pandangan kita kabur - otak berhalusinasi - kaki tidak menginjak tanah - tubuh limbung dan apa-pun itu semakin terasa abstrak dan absurd."
y : "Itulah... bukankah kita ini alien dari planet anonim..."
x : "Benar juga, kenapa mesti risau. Hahaha, dasar ubur-ubur tubuh transparan, tidak sia-sia kau jadi temanku."
y : "Terimakasih, itu semacam sanjungan buatku. Hahaha..."
x : "Hahaha..."

Hash...Dasar kepala, kau ini semacam dualis. Kadang kau ramah seperti teman sepermainan. Namun kadang juga sinis serupa lawakan satir bertema politik praktis. Tapi apapun itu aku tetap bangga padamu... :]

TELEVISI HARI INI


Hari ini televisi di kepalaku serupa perkakas dapur yang berdentang memekakkan kuping. Dia semakin rumit untuk diterima otak. Membuat ujung saraf mempertontonkan layar tancap berwarna monokrom. Imej dijual dan dibeli, diberlakukan seperti pelacur di meja lelang. Siapa berani bayar tinggi maka hasrat akan terpuaskan. Dia bebas datang pergi. Bosan adalah amnesia...

Hari ini aku bertanya, "televisi itu apa?" Apa serupa serum yang membuat sembuh sejenak, lalu kambuh lagi? kalau sudah menjamur menjelma serupa opium - memabukkan, lantas kemana?

Kita adalah generasi televisi. Menelan mentah-mentah apa-apa walau kadang tanpa isi. Siapa tak suka televisi? Benda kotak berkabel yang membuat riang tanpa harus mengeluarkan uang. 


"Kapan kita berlibur ke tanah lapang, dimana tanpa televisi kita masih bisa berseri dan bernyanyi riang..."

MENULIS [lagi]


Saya ingin menulis. Hanya itu...
Kapan terakhir kali menulis. Entah...
Saya tak ingin lupa, tak ingin mati pada hitungan hari dan riuh rendah detak jam. Ini mungkin akan serupa cermin. Membuat saya bisa melihat di belakang punggung, tanpa takut ada mata di balik tembok yang mengawasi saya...

Saya hanya kangen bau tinta basah di awal kalimat. Saya rindu moment disaat kata-kata di kepala menahan geram pada tangan yang sedang enggan. Di saat pilihan -pilihan kalimat seperti beragam menu yang semua adalah favoritmu. Dimana frasa seperti balon gas warna-warni. Ia menyenangkan, tapi kadang ada mata ikan di ari kulitnya. Membuatmu ingin menyimpannya di lemari kaca. Tapi ia adalah gas yang seharusnya berteman dengan udara dan angin...

Akhirnya, menulis adalah paksaan yang menyenangkan. Yang membuat lupa pernah ada todongan ancaman yang membekas di jidatmu... Karena di kemudian hari ia akan memberi permen warna pelangi dan sebungkus coklat berbentuk hati... :]