Sabtu, 14 November 2009

BEDIL



Kau todongkan lagi,
bedil keparatmu itu!
Memang…
Berapa peluru yang kau punya!
Satu!
Tujuh!
Tiga belas!
Seratus!
Sejuta!
Atau bahkan…
Tak terhitung!
Karena…
Bibirmu kelu berhitung nyawa.
Nuranimu beku sudah.
Meniadakan ari rasa.
Egosentris karatan…!!!

Cih…!!!
Masa bodoh berondongan peluru!
Peduli setan dengan…
Granat!
Atom!
Mesiu!
Nuklir!
Hanya mengalirkan darah…
Bukan sejarah!
Hanya membungkam raga…
Bukan suara!

Sttt…!!!
Aku mulai mengendus.
Darah amis miris.
Dari selangkangan oportunismu...
HAHAHA…!!!

Ahai…!!!
Lihatlah!
Kau mulai ketakutan.
Keringatmu jatuh satu-satu.
Wajahmu pasi.
Suaramu getar nanar.
Terkencing-kencing.
Ancamanmu memburai.
Menjadi kunang kata-kata.
Berpendar menjauh.
Jauh…
Jatuh di peradaban comberan.
Tanpa makna!
Jadi fosil!
Jadi Mortir!
Jadi satire!
Monolog palsu…!!!

Heh…!!!
Tengoklah sekarang.
Kau narasi jejadian.
Jadi dongengan.
Jadi bahan ketawaan kanak-kanak.
Riuh rendah…
Berhahaha!
Berhihihi!
Berhuhuhu!
Berhehehe!
Berhohoho!


TAIK…!!!
ASU…!!!
JANCOK…!!!
Popormu kembali meneror!
Dor! Dor! Dor!
... … …