Senin, 31 Desember 2012

COMFORTABLY NUMB


Lagu pengantar tidur, tuan-tuan...


Hello?
Is there anybody in there?
Just nod if you can hear me.
Is there anyone at home?
Come on, now,
I hear you're feeling down.
Well I can ease your pain
And get you on your feet again.
Relax.
I need some information first.
Just the basic facts
Can you show me where it hurts?

There is no pain you are receding

A distant ship, smoke on the horizon.
You are only coming through in waves.
Your lips move but I can't hear what you're saying.
When I was a child I had a fever
My hands felt just like two balloons.
Now I've got that feeling once again
I can't explain you would not understand
This is not how I am.
I have become comfortably numb.

 
O. K.

Just a little pin prick.
There'll be no more AHHHHHHHHHHHHH!
But you may feel a little sick.
Can you stand up?
I do believe its working. Good.
That'll keep you going through the show
Come on it's time to go.

There is no pain you are receding

A distant ship, smoke on the horizon.
You are only coming through in waves.
Your lips move but I can't hear what you're saying.
When I was a child
I caught a fleeting glimpse
Out of the corner of my eye
I turned to look but it was gone
I cannot put my finger on it now
The child is grown,
The dream is gone.
I have become comfortably numb.



Minggu, 30 Desember 2012

SAMPAH!


Kemanakah kau biasanya membuang sampah? Apakah tempat sampah favoritmu? Ha-ha kedengarannya konyol sih, tapi coba pikir-pikir lagi hal-hal yang kadang malas untuk dipikirkan itu. Hm, tapi kalau kamu tipe pemalas seperti saya mungkin kamu akan kebingungan menentukan pilihan, karena saya bukan tipikal orang yang menempatkan sampah di tempat yang umum dan semestinya. Sampah ya tempatnya di tempat sampah. Yap! Wajarnya kamu harus menyediakan wadah khusus atau kantong besar untuk menampung tetek bengek barang berbau dan berlendir itu.

Kalau saya sih sebagai orang yang malas berapi-rapi ria, tempat pembuangan sampah favorit adalah di kolong tempat tidur dan di pojokan-pojokan gelap yang sulit dijangkau mata. Saya bisa menyelipkan sampah plastik makanan ringan di lipatan sofa, menempelkan bekas kunyahan permen karet di kaki meja, menaburkan remah-remah roti di pot bunga. Entah apakah ini adalah sebuah penyakit psikologis, tapi intinya saya suka menyampah di tempat dimana orang akan kesulitan mengetahuinya sehingga saya aman untuk melanjutkan kebiasaan saya itu, hehehe…

Panggilah saya si jorok atau apalah yang bersinonim dengannya. Namun pada dasarnya saya – masih – suka bersih-bersih sampah yang sekiranya sudah menumpuk dan mulai membuat cuping hidung mengendus-endus aroma yang merusak mood bersantap. Saya tahu itu kebiasaan jelek, tapi setiap orang punya sisi negatifnya kan?  Layaknya magnet yang seimbang karena mempunyai kutub positif dan kutub negatif, jikalau hanya ada salah satu kutub saja yang dominan maka ia akan terpelanting kesana kemari tanpa kendali. Jadi, saya sangat manusiawi bukan? ‘Permisi, pembenaran numpang berak!’

Yuhu, itu tadi sampah menyampah dalam artian harfiah. Bagaimana kalau menyampah dikaitkan dengan menumpahkan unek-unek pribadi alias curhat  ke orang lain, pastinya kamu punya tipe pilihan orang yang pantas untuk disampahin bukan? Secara general pastinya ‘tempat sampah’ yang paling aman adalah mereka-mereka yang bisa dipercaya. Ehem, tapi kalau kamu adalah tipikal orang yang banyak omong dan butuh banyak perhatian sepertinya semua tempat sampah adalah sama, hehe.

Eh, bagaimana dengan saya sendiri? Karena berhubung saya ini adalah manusia yang sangat tertutup kalau sudah berhubungan dengan masalah pribadi-pribadi maka bisa dihitung dengan jari tempat menyampah ideal saya sepanjang hidup ini. Saya kurang nyaman kalau harus ‘mengadu’ beban saya kepada orang lain, saya kikuk kalau orang lain melihat saya rapuh. Tangisan biarlah saya simpan di kantong sendiri. Saya masih bisa berbagi cerita dengan tembok dan jaring laba-laba di kamar. Tapi kalau keadaan sudah tak tertanggungkan lagi maka mau tak mau saya harus berbagi dengan orang lain, meskipun hal itu tidak saya paparkan sevulgar mungkin dan saya pun harus bisa mengendalikan emosi se-efektif mungkin. Tidak suka mencampuri urusan orang lain, tak banyak omong kosong dan orang yang biasa-biasa saja adalah tipikal favorit  tempat saya menyampah.

Ehm, tapi kalau menilik kebelakang sih sepertinya saya yang lebih sering dijadikan tempat sampah. Mungkin saya mempunyai daya tarik untuk dijadikan tempat menyampah tanpa sungkan, atau jangan-jangan saya masih punya ikatan darah dengan keranjang sampah?
Entah karena saya pendengar yang baik yang malas memberikan nasihat tanpa diminta atau entah karena saya bisa dipercaya. Aha, ini mungkin karena saya yang masa bodoh dan cenderung tak terlihat mangkanya mereka merasa aman untuk menyampah di hadapan saya. *tsah…


Kamis, 27 Desember 2012

BIG PILE OF CONTRADICTIONS




"My lyric are big pile of contradictions. They're split down the middle between very sincere opinions and feelings that I have and sarcastic opinions and feelings that I have and sarcastis and hopeful, humorous rebuttles towards cliche, bohemian ideals that have been exhausted for years. I mean I like to be passionate and sincere, but I also like to have fun and act like a dork... Geeks unite." -KURT COBAIN-



Rabu, 26 Desember 2012

WE ARE GOING TO BE FRIENDS


Lagu pengantar tidur, tuan-tuan...


Fall is here, hear the yell
back to school, ring the bell
brand new shoes, walking blues
climb the fence, books and pens
I can tell that we're going to be friends

Walk with me, Suzy Lee
through the park and by the tree
we will rest upon the ground
and look at all the bugs we found
then safely walk to school
without a sound

Well here we are, no one else
we walked to school all by ourselves
there's dirt on our uniforms
from chasing all the ants and worms
we clean up and now its time to learn

Numbers, letters, learn to spell
nouns, and books, and show and tell
at playtime we will throw the ball
back to class, through the hall
teacher marks our height
against the wall

And we don't notice any time pass
we don't notice anything
we sit side by side in every class
teacher thinks that I sound funny
but she likes the way you sing

Tonight I'll dream while I'm in bed
when silly thoughts go through my head
about the bugs and alphabet
and when I wake tomorrow I'll bet
that you and I will walk together again
cause I can tell that we're going to be friends




Selasa, 25 Desember 2012

AYO KITA BERPETUALANG KE BELAHAN BUMI SEBELAH SANA. AYO BENTANGKAN SAYAP IMAJINASIMU!


Kemarin pagi di depan televisi dengan randomnya jemari tangan saya memencet-mencet tombol remot. Saya pun menguap kebosanan karena tidak ketemu juga acara yang menarik. Karena ini menjelang Natal maka banyak film yang ditayangkan, baik yang bertema rohani maupun tidak. Senang sih nontonnya, tapi mbok ya jangan itu-itu saja filmnya – tolong dong yang beda dan bagusan dikit, biar saya senang nontonnya [bukankah Natal adalah momen yang tepat untuk saling berbagi kebahagiaan? Hehe… ].
Nah, untunglah di salah satu saluran tivi khusus umat kristiani ada film yang menarik dan berhasil membuat mata saya tidak setengah terbuka lagi. Judulnya kalau tidak salah ‘Touched by An Angel’ [kalau salah, tuding telunjuk anda ke memori jangka pendek saya], dan entah itu film atau drama seri soalnya saya baru sekali itu nontonnya [kalau yang ini salahkan dualisme di otak saya hingga membuat persepsi saya bercabang-cabang].

Jadi film ini berkisah tentang hubungan yang ‘manis’ antara seorang anak perempuan dan ayahnya. Si anak [kita sebut saja namanya Laura – sekali lagi, kambinghitamkan memori saya] begitu memuja sang ayah. Baginya ayah adalah role model nomer satu dan satu-satunya di dunia. Laura dan ayahnya ini punya peti harta karun rahasia yakni ‘kapsul waktu’ yang berisi benda-benda paling favorit kepunyaan mereka. Kapsul waktu ini mereka tanam di bawah pohon besar yang ada di pekarangan rumah, dan mereka berjanji akan membukanya saat tahun baru Milenium nanti – setting waktu di masa kecil Laura adalah tahun 1955, jadi harus menunggu 45 tahun lagi untuk membukanya. Namun suatu hari tiba-tiba tanpa pesan dan alasan ayahnya pergi dari rumah, meninggalkan Laura dan ibunya. Laura sangat kecewa dan marah, ia merasa dikhianati. Ibunya pun tak kunjung memberi alasan pasti kenapa ayahnya tega meninggalkan mereka. Sepanjang hidupnya Laura tak pernah berhenti bertanya: mengapa, mengapa dan mengapa?
Karena kekecewaan itulah, hingga hampir paruh baya ia memutuskan untuk tak pernah menikah dan mempunyai anak. Ia tidak menolak untuk jatuh cinta tapi tidak untuk komitmen hidup bersama selamanya. Ia pikir: ayah yang begitu menyayanginya saja bisa tega meninggalkan dirinya, apalagi laki-laki lain.  

Sekarang, malam pergantian tahun 1999 ke tahun 2000. Tiga malaikat dari surga ditugaskan untuk memulihkan jiwa Laura, memberi jalan untuk menghapuskan kekecewaan-kekecewaan terhadap ayahnya. Kemudian dengan tubuh manusia para malaikat itu mencoba mengingatkan Laura tentang kapsul waktunya, tentang janji membukanya besok hari. Awalnya Laura menolak, toh untuk apa ‘menggali’ kenangan lama kalau itu menyakitkan. Tapi setelah dibujuk akhirnya ia mau juga. Ia pun kembali pulang ke rumah masa kecilnya, rumah yang ditinggalkannya tak berselang lama setelah ayahnya menghilang. Laura pun menggali kapsul waktunya. Namun isinya bukan seperti yang dibayangkannya, ternyata di dalam sana ada setumpuk surat. Dengan bantuan para malaikat Laura membaca satu persatu surat-surat itu. Ternyata setiap tahun ayahnya berkunjung ke rumah mereka untuk menemui Laura, tapi karena Laura dan ibunya sudah pindah dari sana dan tak tahu kemana mereka tinggal maka ayahnya hanya bisa menitipkan suratnya ke kapsul waktu di bawah pohon. Dari surat-surat itu Laura tahu kalau ayahnya terpaksa meninggalkannya karena ia ingin melindungi Laura. Ayahnya ternyata penderita skizofrenia. Laura sedih sekaligus lega; sedih karena ia telah salah paham dan berpikiran buruk kepada ayahnya, dan lega karena ayah yang dipujanya ternyata benar-benar menyayanginya – tak pernah melupakannya. Namun ada sesal di hati Laura, mungkin saja ia tak akan bisa bertemu lagi dengan ayahnya. Karena surat-surat itu berhenti dikirim di tahun 1975, mungkin saja ayahnya sudah meninggal. Laura kembali sedih sekaligus marah, betapa tak beruntungnya ia, betapa hidup telah mempermainkannya.
“Itu tidak benar , kau sangat beruntung Laura. Kau beruntung karena mempunyai ayah yang luar biasa. Kau beruntung karena diberi kesempatan untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya dari kesalahpahaman yang telah kau simpan dan percayai sepanjang hidupmu. Kau beruntung karena mempunyai seorang kekasih yang begitu menyayangimu. Kau sangat beruntung Laura, Tuhan menyayangimu… “ ujar salah satu malaikat menyadarkannya. Laura lantas menyadari kekeliruan prasangkanya. Namun sebelum ia menyadari sepenuhnya, tiba-tiba seperti terbangun dari mimpi, ia mendapati dirinya berada di tempatnya berdiri menunggu kekasihnya untuk janji makan malam kemarin malam. Dengan baju dan riasan yang sama, dengan kelap-kelip dan kemeriahan tahun baru yang sama pula. Jadi apakah yang dialaminya baru saja itu hanya sekedar mimpi belaka? Tidak, tidak boleh ada lagi kekecewaan, ia harus membuktikannya. Dengan mengajak kekasihnya kembalilah Laura  ke pohon kapsul waktunya. Namun yang didapatinya bukanlah rumah masa kecilnya tapi sebuah bangunan perkantoran yang menjulang. Dan yang membuatnya terkejut ternyata barang-barang di kapsul waktunya telah dijadikan semacam monumen bagi bangunan tersebut. Disana tertulis, “Kapsul waktu ini adalah milik seorang ayah dan anaknya yang tanpa sengaja telah kami temukan saat menggali tanah untuk membangun perkantoran ini.” Kemudian Laura tersadar, inilah alasan kenapa ayahnya berhenti berkirim surat: perkantoran ini dibangun tahun 1975. Jadi… sebelum sempat menuntaskan apa yang ada dipikirannya, di ujung pelataran bangunan sana ia melihat seorang lelaki tua sedang duduk dengan wajah murung memandangi keriuhan jalan raya. Laura menghampirinya. Itu ayahnya! Dengan kegembiraan yang meluap Laura memeluk dan menciuminya. Lalu bersama kekasihnya ia membawa ayahnya pulang ke rumah.
Iya, happy ending. Tentu saja, ini film untuk hari Natal jadi harus saling berbagi kebahagiaan dan kasih sayang.

Sebenarnya yang menarik hati saya bukanlah film itu secara keseluruhan. Iya, saya jatuh hati dengan sosok ayahnya. Kalau jadi Laura pun saya pasti juga akan memujanya habis-habisan. Seorang ayah yang mempunyai semangat meluap-luap, spontan, DAN penuh dengan imajinasi tanpa batas. Dia mengajarkan pada Laura bahwa hidup adalah petualangan jadi kau harus menjelajahi tiap jengkalnya, kau tidak boleh hanya tinggal di satu tempat: “Itu sangat membosankan, Laura.”

Bisa kau bayangkan ayah yang seperti ini: “Ayo Laura kita berpetualang ke belahan bumi sebelah sana, ayo bentangkan sayap tak kasat matamu.”
Dan yang ini: “Laura, suatu hari nanti kau harus berkeliling dunia. Hari ini kau di Paris, besok kau di RRC, dan lusa kau ada di Mesir untuk melihat piramida. Hei, lihat itu laura! Apakah kau mendengarnya? Kereta yang membawa kita ke Paris telah datang. Kita akan melihat Paris! Ayo Laura, bentangkan kedua tanganmu. Berteriak dan bersoraklah. Sambut ‘the invisible train’ kita , Laura… ”
Dan yang ini lagi: “Kita harus membuat kapsul waktu Laura. Agar orang-orang di masa datang tahu bahwa mereka telah melewatkan hal-hal menyenangkan di masa lalu.”
Oh betapa ayah yang sangat keren sekali.

Tapi ada sedikit yang mengganjal saya di sini. Kenapa di film ini sang ayah harus dikisahkan sebagai seorang skizofrenik? Apakah seseorang yang mempunyai imajinas liar di luar realitasnya sangat biasa untuk dianggap gila? Entahlah, mungkin itu hanya kebetulan semata atau memang sengaja dibetulkan? ENTAH.

Ada satu dialog kesukaan saya di film ini.
Malaikat 1: “Kenapa orang selalu kesulitan untuk mengingat kembali mimpi dalam tidurnya?”
Malaikat 2: “Mimpi adalah refleksi bawah sadar manusia. Ia adalah hal paling jujur yang yang sulit untuk diungkapkan manusia di alam sadarnya. Secara naluriah manusia sulit menerima sebuah kejujuran. Bukankah begitu?”
Malaikat 1: “Iya, mungkin.”

Baiklah begitulah ulas-ulang membosankan saya. itung-itung ini sebagai sarana melatih daya ingat saya. jadi tidak heran kalau ada tambal sulam di sana sini, tapi garis besar ceritanya adalah seperti itu. Pasti akan sangat lebih mudah bagi saya kalau saya mau bertanya kepada Yang-Mulia-Raja-Google, tapi di kepala saya ada ayah Laura yang jari telunjuknya bergerak-gerak ke kiri ke kanan sambil ngomong begini sama saya, “Tidak Lina, hal yang memudahkan itu kadang sangat membosankan.”

Oh ya, satu hal yang saya suka dari hari Natal adalah meriahnya merah yang selalu berhasil mengingatkan saya pada planet merah.


Minggu, 23 Desember 2012

OBAT ANTIDEPRESAN LAINNYA


GREETINGS:

NIRVANA is a heavy-pop/punk/dirge combo spawned from the bowels of Seattle, Washington. Although only together for seven months, KURT [guitar/vocals], CHRIS [bass], CHAD [drums], and JASON [guitar] have blessed the world with a single, an LP entitled “Bleach”, and one cut on the Sub Pop 200 compilation, as well as attaining success, fame, and a following of millions.

Selling their bottled sweat and locks of their hair has proved to be the biggest money maker so far. Plans for the future include dolls, pee-chee folders, lunch boxes, and bed sheets.

In the towering offices of the Sub Pop world headquarters, talent agent dynamos Bruce Pavitt and Jonathan Poneman have the utmost faith in NIRVANA’s star qualities, and they see to it that the boys in the band get whatever their rock star hearts desire–and that means no brown M+Ms! NIRVANA hopes to produce more projects with them in the future.

NIRVANA sounds like mid-tempo Black Sabbath playing the Knack, Black Flag, the Stooges, and a pinch of the Bay City Rollers. Their personal musical influences include H.R. Puffnstuff, Speed Racer, divorces, drugs, sound effect records, the Beatles, rednecks, hard rock, punk rock, Leadbelly, Slayer, and, of course, the Stooges.

NIRVANA sees the underground scene as becoming stagnant and more accessible to big league capitalist pig major record labels. But does NIRVANA fell a moral duty to fight this cancerous evil? NO WAY! We want to cash in and suck up to the big wigs in hopes that we too can GET HIGH AND FUCK. GET HIGH AND FUCK. GET HIGH AND FUCK.

SOON we will need groupie repellent. SOON we will be coming to your town and asking if we can stay over at your house and use the stove. SOON we will do encores of “GLORIA” and “LOUIE LOUIE” at benefit concerts with all our celebrity friends

NIRVANA c/o SUB POP


Thank you for  your time.



 
Ps: Ini saya tulis ulang dari salah satu dari sekian kumpulan teks 'menggemaskan' di sampul kasetnya NIRVANA yang ‘Sliver: The Best of the Box [2005].


VAKANSI. PLANET. MERAH


Kemarin, saat mata saya sedang asyik menelanjangi tubuh indahnya mas Gale Harold, tiba-tiba pintu kamar saya digedor-gedor sama tangan kurang ajar. Jangan-jangan malam ini ada sidak dari para polisi moral yang terlalu banyak mengkonsumsi Parasetamol. Sial, ini bukan mesum bung: hanya ‘self-service’, menyenangkan diri sendiri tidak dosa toh? – neraka berdarah! Inilah akibat terlalu banyak membaca cerita erotik: aliran darah rasanya seperti digelitik hingga detak jantung menjadi titik titik berbintik.

Oh! Ternyata bukan mereka. Rupanya perempuan berambut merah bata yang nongol di balik pintu. Ah, sama saja. Tak kalah menyebalkannya dari sangkaan saya yang pertama. Perempuan itu adalah objek iri dengki saya selama beberapa hari ini. Bayangkan, berburu jejaka di Jogja katanya, tapi malah malas mengajak saya. “Aku lihat kamu sibuk dengan teman-teman tak kasat matamu. Aku takut menganggu kesenanganmu,” itu alasan gombal-gembelnya. Huh, bilang saja takut bersaing dengan saya. Sekarang, dia seperti iblis dari perut bumi dengan rambut merah batanya itu. Berkacak pinggang memenuhi pintu sambil menyeringai lebar hingga menyentuh lubang telinga, siap mencabut nyawa saya. Menyebalkan! Kenapa malah dia yang tampak menyeramkan.

“Ada apa?” Tanya saya sambil tak acuh memonyong-monyongkan bibir.
“Ini ada titipan surat untukmu,” balasnya sambil melambaikan amplop berukuran sedang berwarna merah darah.
 “Dari siapa?” tanya sayapenasaran sambil membolak-balik dan mengguncang-guncang surat misterius itu, siapa tahu ada koin berpeti-peti yang jatuh.
“Aku tidak tahu, tiba-tiba saat aku bangun tadi pagi ada surat itu di atas kasurku. Lalu ada suara di belakang kepalaku yang bilang: berikan ini pada teman anehmu berinisial LM. Bukankah itu terdengar seperti MLM – Multi Level Marketing? Sungguh selera nama yang buruk.”
“Terus?” kejar saya tak sabar, anak ini berputar-putar menguji kebijakan saya.
“Terus … setelah berpikir dan merenung  siapa si LM itu, maka ketemulah kamu. Salahku telah melewatkan petunjuk paling krusial ‘teman anehmu’, hehe …
Well, penjelasan yang bagus, ntar  saya masukin ke kutipan-tahun-ini,” ujar saya pura-pura antusias meski dalam hati ngedumel ‘plis deh nggak penting banget’.
Ini nih pertanyaan yang lebih penting, “Terus kamu bela-belain datang ke sini gitu? Benar-benar bukan kamu yang saya kenal.”
“Hahaha, ya nggak mungkinlah. Ngapain aku belain datang jauh-jauh dari Jogja ke sini hanya demi selembar surat anonim. Begini ceritanya: malem ini aku tanpa sengaja ketemu Doraemon lagi ngopi di angkringan. Terus aku godain dikit deh, eh dianya mau minjemin aku pintu kemana sajanya. Dan taraaa … jadilah aku di sini sekarang.”
“Oh wow!” Entah suara saya barusan itu terdengar sebagai ungkapan rasa kagum atau cemburu semata. Ini benar-benar tak masuk akal, bagaimana mungkin orang punya keberuntungan seberuntun itu. Brengsek, saya harus mulai memikirkan mengganti warna rambut menjadi merah menyala agar si Dewa Hoki lebih tertarik sama saya.

“Baiklah anak aneh, tugasku sudah selesai. Sekarang saatnya kembali untuk melanjutkan petualangan berburu jejaka. Daa daaagh … Au revoir … “
Belum sempat menyahut, eh dia nyela lagi, “Hei kamu: sini, berikan aku pelukan dan ciuman selamat tinggal.” Ha-hah, dasar cewek ambigu.

Baiklah, perempuan itu telah berlalu. Saatnya membaca surat merah ‘entah-dari-siapa’ ini. Pelan-pelan dibuka sampulnya, eh ternyata ada selembar halaman surat berlatar putih dengan tinta merah. Setelah menyamankan posisi duduk, mulailah saya membaca dengan seksama:

Hei makhluk bumi pilihan. Kami alien dari planet merah mengundang anda untuk bervakansi ke planet kami. Mungkin ini bisa membantu anda untuk melakukan observasi betapa kerennya planet kami. Dan betapa anda tak akan menyesal bila suatu hari ingin tinggal di sini.
Kami memilih anda karena menurut penilaian agen rahasia kami di bumi; anda adalah keren.
Saran kami pada anda; khusus saat berpiknik ke sini nanti berbusanalah seabsurd mungkin dan bertingkahlah seperti anda yang biasanya agar para alien kami tahu bahwa anda memang pantas untuk kami undang kemari. Janganlah berupaya senormal mungkin, itu akan terlihat janggal di mata kami.
Para utusan kami akan menjemput anda tepat di malam natal. Di saat semua orang teralihkan pada kedatangan Sinterklas, anda dengan aman tanpa disadari siapapun akan melaju ke planet merah menaiki UFO yang akan dengan mulus mendarat di pekarangan belakang rumah anda.
Baiklah, tunggu kami di tanggal 24 malam 25 dan kita akan bersuka ria berhuru hara sampai perutmu mual menahan tawa.
Sampai jumpa lagi, salam membara dari planet merah!

Nb: di planet kami tumbuh idiom lama yang dijaga kelangsungan hidupnya; ‘orang keren tak akan datang dengan tangan hampa.’


Oooh wooow … Ini benar-benar keberuntungan tak terbayangkan. Saya senang, saya riang, saya melayang. Ini benar-benar kehormatan tiada terkira. Rasanya saya ingin meledak saking gembiranya. Melompat lompat, membenturkan tubuh ke tembok, guling-guling di ranjang sampai jatuh berdentum mencium lantai: semua itu tak cukup mengekspresikan letupan emosi saya sekarang ini. Jejaring tubuh saya isinya dopamin semua. Hahaha, tolong! Saya bisa mati kegirangan. AKHIRNYA SAYA BISA MELIHAT PLANET MERAH!

Meski alien itu tak mau rugi tapi dengan senang hati saya mau memenuhi. Jadi kira-kira apa ya yang akan saya bawa ke sana? Yang sekiranya keren dan tak ada di sana. Oke, saya akan membuat daftarnya sekarang. Meski ini agak spekulatif, namun tak akan melenceng jauh saya kira. Bukankah cara berpikir mereka agak mirip dengan saya, kalau tidak bagaimana mungkin mereka bisa tertarik sama saya. iya, saya penganut paham Narsistiks-Kompleks.

Inilah daftar apa-apa yang sekiranya akan saya bawa sebagai cindera mata pengikat hati untuk para sahabat dan rekan alien di planet merah sana:

1. Bibit tomat merah dan durian
Saya ingin menunjukkan kepada mereka bahwa dua jenis buah itu adalah hasil dari peradaban manusia yang berbudi luhur.

2. Cetak biru standar tampan menurut saya
Ini semata kalau suatu saat saya menetapkan pilihan untuk tinggal di sana, para pemuda alien akan punya ‘rambu-rambu’ untuk mendekati saya.
Ini standar garis besar secara fisik: rambut gondrong, bahu lebar, tungkai kaki panjang, sorot mata berbahaya, ketek nggak boleh dicukur mulus, dll [dipikirin belakangan].
Saya nggak mau kasih tau standar non fisiknya seperti apa, karena ini rahasia saya dengan alien planet merah. Lebih kurang ajar atau lebih bersahabat, silahkan berteka-teki.

3. Wafer coklat ‘Superman’
Hai, para alien. Kalian tak perlu segenggam pil penenang atau obat-obatan yang menghalusinasi, cukup sebatang wafer coklat superman: jilat, gigit, kunyah, telan, dan kalian akan terbang ke awan.

4. Cotton Buds
Saat alien-alien itu sedang berkontemplasi atau meditasi, pengorek lubang kuping itu akan membantu mereka lebih cepat mencapai nirwana.

5. Syahrini
Saya akan membawa semua rekaman sepak terjang teteh Syahrini. Mulai dari yang bulu-mata-anti-badai, jambul terowongan Casablanca, Bubu, hingga cethaaar membahana badai tsunami. Siapa tahu alien-alien di sana sedang kekurangan hiburan. Jadi ini bisa dijadikan penghilang stress para alien yang dituntut untuk selalu keren.


Ah, sudah. Itu sudah cukup untuk buah tangan yang keren. Sekarang saatnya berkemas kemas. ‘Siapkan keranjang kayumu dan kita pergi bervakansi. Jangan lupa bawa bekal secukupnya, udara di luar gampang membuat lapar. Syananana … ’