Jumat, 30 November 2012

ADA PERAYAAN DI RUANG TENGAH


 gambar diambil dari sini


Ada perayaan di bohlam ruang tengah
Segerombolan lalat membuat derau pada malam yang parau
Meludah pada tepian bulan yang wajahnya tinggal separo
Jangan tolol!
Udara terlalu kering untuk mengusap bulir-bulir kecemasan,
yang jasadnya menguap di trotoar dekat lampu merah
kau pikir ini malam punya siapa?!
Merenggut dan mengkerut di pojokan bertelanjang kaki,
mau kau jual berapa rupiah sebuah simpati
Kau pikir ini malam mau kemana?!
Mengendap pada secawan anggur merah dari kebun sendiri,
mengelindan pada mimpi yang lupa jalan pulang
Lupa...
Memaksa lupa sebongkah kepala yang telah patah tulang lehernya
Lupa betapa luka, itulah penawarnya

Ada perayaan di bohlam ruang tengah
Para cicak saling bercumbu di tengah sapa perjalanan
Birahi memberi energi menggontong berbondong sekeping gula,
dari toples yang pinggirannya sedikit terbuka
Aroma manis menguar hingga ke jaring laba-laba di pojokan kamar
Lantas si tuan laba-laba mulai gelisah sendi-sendi tubuhnya
“Kontemplasi kali ini tak mencapai nirwana.”

Ada detak di tembok yang tak teraba
Mengakar serupa rambut kusut yang ujungnya bercabang
Setiap malam mencuri omongan dari mulut-mulut gelisah
Kemudian membisikkannya pada pucuk daun-daun tajam
Mengiris desau para penghuni hutan
Yang keluh kesahnya tak pernah sampai ke utara
“apakah harus kubuatkan balon gas dari remah cerobong asap milik tetangga sebelah?”
Sela burung hantu membulatkan matanya
Sekelibatan ia berfikir, mungkin lumayan juga bila merangkai rangkanya dari tulang belulang mayat yang terbengkalai
Lagian ia sudah mulai bosan dengan aroma yang tak lagi menyegarkan ini
Ayolah, ia benci keluh kesah!

Jarum pendek hampir mendetak di angka duabelas
Dan anggur ini belum habis tiga gelas
Tak ingin teman
Apalagi sepasang kenangan
Apakah malam memang sudah seharusnya temaram?
Membuih mulut merapal pada sumpah serapah
Jangan berharap, sepatu kaca tak akan melayang kemari
Atau apel merah beracun yang meneteskan liur?
Ha-ha-ha...
Siapa yang tak suka rangkaian abjad b-e-r-a-c-u-n
Menebarkan teror sekaligus hasrat yang tak tertanggungkan
Apakah terpuaskan?
Apakah cukup sekali teguk?

Ada perayaan di bohlam ruang tengah
Kursi berjejer merapat di sekitar pendar cahaya yang memerihkan kelenjar mata
Menjadi masokis agar menjadi senang
Toh, lebih baik buta karena serbuan agresif berlapis juta warna cahaya daripada terkubur dalam selangkangan kelam
Ayolah, malam tak seharusnya suram
Mari rayakan dalam kolam anggur memabukkan
Menjadi senang tidaklah dosa kan, tuan?


DELICICHAOS



 gambar diambil dari sini


Kadang dalam kepala saya yang carut marut kayak benang kusut ini, terbersit sebuah tanda tanya besar besar dengan blok tebal seperti ini; peperangan, kejahatan, konflik agama, rasisme, pengkastaan selera, bentrok antar tetangga, teroris, gempa bumi, gunung meletus, perebutan kekuasaan, popularitas yang mengadiksi, fanatisme brutal, pengerukan materi, sensualitas hiburan yang membuat ejakulasi dan kontra-kontra humanity dan morality lainnya adalah sebuah-keharusan-dalam-hidup-dan-kehidupan-ini. Mungkin anda akan menista saya senista nistanya karena melintaskan pikiran seperti ini. Sebuah pemikiran yang tidak pro dengan perdamaian dan kemanusiaan. Eh, jangan terlalu gegabah anda, saya pun punya mimpi tentang bumi yang damai pun demikian dengan semua orang. Hanya orang tak waras saja yang pengen hidup dalam chaos dan perang berkepanjangan. Jadi kalau begitu saya yang tak waras atau mimpi-mimpi itu yang perlu dipertanyakan kewarasannya? Nyatanya saudara, hidup tak seindah teori-teori zaman pertengahan, mengulas dan mengupas sehabis-habisnya tentang hidup yang ideal, hidup yang utopis – ya, utopis saudara, anda hanya akan menemukan di surga kehidupan yang seperti itu. Jadi matilah saja dulu agar bisa studi banding ke sana, itupun kalau anda beruntung. Teori-teori itu hanya membuat keren dan berkesan pada teman mengobrol anda, membuat anda terlihat intelek dan berbudaya tinggi saat mencantumkannya dalam kutipan-kutipan tulisan anda. Hm, suka atau tak suka, mengamini atau tidak, hidup nyatanya memang tak semanis barisan teori-tori kritis yang menghipnotis!

Apakah saya terdengar skeptis? Lihatlah televisi dan surat kabar, dan anda akan tahu jawabannya. Berita-berita seperti itu sangat menguntungkan media, ia seperti kharisma yang memberi nilai jual. Apakah manusia sudah mulai teradiksi dengan hal yang bertensi tinggi? Karena kita dicekoki berita buruk setiap hari? Entahlah. Kalau damai hanya sebatas mimpi, apakah kita harus ‘tidur selamanya’ dulu baru bisa merasakan sebuah kedamaian yang permanen dan solid? Entahlah juga. Mungkin secara temporary anda bisa membeli tiket damai di gedung bioskop, bisa mengunyah kudapan sambil menelanjangi dunia utopis nan absurd di televisi. Jadi apalah penghiburan kita kalau bukan hanya sebatas itu. Jangan salahkan televisi kalau ramai-ramai menjual mimpi.

Selain itu, apakah hidup yang damai dan tenang tak akan membosankan? Saya ingat suatu pagi dulu saya sering memulai ritual pagi dengan menonton spongebob. Disalah satu sub ceritanya menggambarkan tentang squidward yang sudah sangat merasa bosan dan geram dengan kehidupannya – memang sudah biasanya ia merasa seperti itu, tapi ini sudah melewati batas sabar dan sudah di titik nadir. Squid sudah muak dengan hiruk pikuk yang dibuat oleh spongebob, ketololan si Patrick, tuntutan kerja yang masif dari tuan Krabs dan hal-hal disekitarannya yang sudah tidak sesuai dengan standar hidup idealnya; tenang, damai dan selalu bercita rasa tinggi. Lalu beruntunglah si gurita bertentakel, Dewa Neptunus mendengarkan do’a yang terselubung dalam tiap gerutuannya, suatu hari tanpa sengaja ia menemukan brosur tentang sebuah tempat yang menjawab semua mimpinya. Tanpa pikir panjang lagi si Squid ini bergegas dan berkemas menuju ‘destinasi-yang-sempurna’. Awal-awal tinggal di sana ia sangat merasa senang, ia merasa menemukan rumah yang sebenarnya. Orang-orang secara teratur dan disiplin  melakukan aktifitas sehari-harinya. Semuanya begitu sangat terprogam dan terperinci. Tak ada cela dan cacat. ‘hidup harusnya begini’ pikir Squid. Tapi Squid lupa, hidup yang seragam dan monoton itu kadang jatuhnya akan sangat membosankan. Maka tidaklah heran bila dalam hitungan hari saja ia sudah merasa tak betah tinggal di sana. Tiba-tiba ia begitu merindukan segala kegaduhan yang dibuat Spongebob dan Patrick – rindu berkonfrontasi dengannya, ia ingin bernostalgia kembali dengan tuntutan kerja dari tuan Krabs sang pemuja segala hal yang berbau dolar. Ia kangen dengan semua yang ada di Bikini Bottom – hal yang dulu sangat dibenci dan dikutuknya, karena merasa peradabannya tak selevel  dengan selera rendahan masyarakat bawah laut.

Yah begituah hidup, ia butuh sebuah Konfrontasi penuh tensi tinggi. Beragam perbedaan yang merajalela kemana-mana, pengkotak-kotakan strata karena status sosial dan material. Mungkin kita akan menyangkalnya habis-habisan. Tapi pikirkanlah apakah dengan hidup yang damai dan tenang melulu akan melahirkan pemikir-pemikir besar, mahakarya-mahakarya yang tak ternominal harganya, gagasan-gagasan yang lahir sebagai solusi akan pemecahan masalah orang banyak,inovasi-inovasi yang tanpa henti, kemanusiaan yang semakin teruji, toleransi yang mesti dipahami dan diterapkan setiap hari  dan lain sebagainya yang secara permanen akan tercatat dan dikenang sebagai artefak berharga dalam perjalanan peradaban manusia.

Iya. Suka tidak suka, hal-hal yang beraneka ragam adalah menyenangkan karena perbedaan tak bisa dibantahkan. Hal baik dan buruk adalah alasan kenapa bumi diciptakan – kalau ingin damai selalu, terbang ke surga sana! :]


KIMBRA - SETTLE DOWN




I wanna settle down
I wanna settle down
Won't you settle down with me?
Settle down

We can settle at a table

A table for two
Won't you wine and dine with me?
Settle down

I wanna raise a child

I wanna raise a child
Won't you raise a child with me?
Raise a child

We'll call her Nebraska

Nebraska Jones
She'll have your nose
Just so you know

I wanna settle down

I wanna settle down
Won't you settle down with me?
Settle down

Run from Angela Vickers

I saw her with you
Monday morning small talking on the avenue
She's got a fancy car
She wants to take you far
From the city lights and sounds deep into the dark

Star so light and star so bright

First star I see tonight!
Star so light and star so bright
Keep him by side!

I wanna settle down

I wanna settle down
Baby there's no need to run
I'll love you well
I wanna settle down
It's time to bring you down
On just one knee for now
Let's make our vows

Star so light and star so bright

First star I see tonight!
Star so light and star so bright
Keep him by side! 


BERMAIN PERAN


Membakar tenggorokan dengan bergelas-gelas cairan bening
Mata mengunang pada kepala yang memancarkan gelombang tak berpola
Mengapung pada lamunan yang tak berkenan
Memburai pada sebuah peluh yang menggenang di pelupuk mata
Lantas merutuki kenyataan yang tak semanis gula jawa
Apakah harus pura-pura merasa lega atau tak pernah ada?
Pada apa-apa yang ternyata bukan iklan pariwara ataupun sinetron beratus episode belaka
Ah, tapi aku ini bukanlah pemain watak yang pandai main peran
Ini seperti goresan luka yang ditaburi garam
Bagaimana mungkin bisa berpura-pura tidak perih?
Lihatlah ringisan ini, sayang

Ada serigala duduk manis di hadapan
Dia menggeram
Kemudian mengaum
Tanpa rasa malu menampakkan gerahamnya yang penuh lubang berbelatung mengamis darah
Keningku mengernyit
Bulan purnama sudah berlalu lima malam yang lalu
Apakah kunang-kunang menyesatkannya ke sini?
Sungguh-sungguh tak berselera tinggi
Ini malam terlalu pagi untuk menepi
Pun aku bukanlah teman yang rakus untuk berbagi
Gerhana tak akan terjadi di sini,
ini terlalu pagi

Huh,
mengapa belum mengawang tinggi-tinggi
Mari kita ulangi,
satu tegukan lagi


Kamis, 29 November 2012

FLY ME TO THE MOON


 gambar diambil dari sini


Perasaan ingin tak terlihat ini kadang terlalu menguras. Bukan, saya sedang tak ingin menjadi ‘Hollow Man’ ataupun ‘Casper’. Tapi kadang perhatian yang terlalu berlebihan itu membuat canggung dan membikin murung. Tidak semua orang terlahir sebagai Musdalifah dan Nasar yang nyaman bergenit ria di depan kamera; Syahrini dengan jambul ‘apalah itu namanya’ yang luwes diiringi suara mendayu merayu secara seporadis menguasai isi berita infotainment; atau-pun para politisi berperut buncit yang berbusa-busa membuat pembenaran atas kelakuan brengsek di acara diskusi tolol di berita televisi.

Dulu, saya sering melakukan imaji konyol yang seperti ini; suatu hari tanpa sengaja menemukan ramuan ajaib yang membuat tubuh tak bisa terlihat. Kemudian dengan tubuh tak terlihat itu saya memanfaatkannya untuk keliling dunia. Saya tak perlu uang melimpah atau-pun buku kecil bersampl hijau itu. Melanglang buana dari satu negara ke negara lain menggunakan semua moda transportasi yang semuanya gratis. Begitupun saat harus menginap, makan, masuk ke wahana pariwisata dan lain sebagainya tanpa mengeluarkan uang sepeser-pun. Itu semua mungkin, karena saya tak terlihat. Dan satu lagi keuntungan yang tak boleh terlewatkan, saya bisa memelototi sepuasnya para lelaki tampan di seluruh penjuru dunia. Melakukan apa saja terhadap musisi idola saya, yang biasanya hanya bisa saya lakukan di fantasi saja. Hahaha, betapa meneteskan liur!

Iya, anda bisa menyebut saya ‘selfish Maniac’. Sayang sekali, saya bukanlah penderita ‘Loneliness Syndrom’. Jadi, jauhkan obat anti depresan itu dari jangkauan saya!