Terbangun di jam sebelas malam lewat sedikit. Hibernasi
sedari sore tadi lumayan menghilangkan sedikit pening di kepala. Flu yang
membawa demam dan leher perih itu memang brengsek, semacam kolaborasi balet dan
biola yang dimainkan oleh orang yang sama yang merasa sok bisa. Menyebalkan.
Mungkin ini hasil dari hujan-hujanan sesorean
kemarin lusa. Ah, mana mungkin hujan yang mengagumkan bisa menyebarkan virus? Aku
bukan anak manja yang kepalanya kena rintik hujan sedikit saja langsung
meringkuk di kasur sambil mengerang. Aku lebih percaya kalau ini semacam efek
random dari permainannya Tuhan. Dia sedang iseng memainkan telunjuknya ke arah kepala-kepala
egosentris yang merasa sok kuat. Dia seakan teriak di kupingku, “Helloooo… mutan hanya ada di film, jangan
kau putar berulang-ulang di ke kepalamu!” Hahaha… aku bukan penyuka
film-film Superhero, Han.
Jam setengah dua belas, hampir tengah malam. Sedari
sore tadi aku sengaja mematikan Hp, si Maha Pengalih Perhatian. Sekedar disenyapkan
hanya akan membuat penasaran. Bah! Apakah Hp sudah bermutasi menjadi sejenis
makhluk hidup yang belum terklasifikasi? Oke, ucapkan selamat untuk iklan dan
ketidakpuasan manusia. Ya, ini semacam rutinitas yang terpogram di alam bawah
sadar. Bangun tidur, hal pertama yang dilakukan adalah ngelus-ngelus Hp. Adakah
berita sensasional dan gosip murahan yang terlewatkan hari ini? Jangan sampai
terlewat atau si Maha Tahu akan mengutukmu jadi Upik Abu!
Iya, terjaga langsung ngecek Hp. Waahh… banyak
pesan masuk dari aplikasi-aplikasi unduhan gratis. Mulai membaca satu-satu,
tapi tak membalas satupun. Biar saja, toh kepalaku masih pening, tak sanggup
menatap layar Hp berlama-lama. Oke, matikan Hp lagi. Berlama-lama memegang Hp
bisa-bisa terkontaminasi efek radiasi alienasi *tsah!
Jam dua belas tengah malam, perut mulai lapar. Ada
brownies sisa kue ulang tahun teman tadi sore. Tapi lagi malas makan yang manis
dan legit. Bisa-bisa tenggorokanku tambah sakit. Hmm… pengen ngopi tapi yang
ringan saja, kasihan leher. Taraaa… kopi putih instan cap hewan pengerat sudah
siap diseduh panas-panas, tanpa gula pastinya. Tapi rasa lapar harus tetap
diganjal. Apa ya? Buka-buka lemari, mengintai di bawah lipatan kasur, siapa
tahu ada ‘harta karun’ yang belum terdeteksi. Eh, ada kue bertekstur kasar
dengan isian coklat di lemari pakaian, kemarin itu aku dikasih kue sama ponakan
kecilku yang temannya lagi ulang tahun. Dia memang manis, selalu menyisakan kue
atau jajanan yang sesuai seleraku. Dan dia paling tahu kalau aku suka wafer ‘Superman’. Kemarin-kemarin itu hampir dua
hari sekali dia selalu menyelipkannya diantara tumpukan bajuku. So sweet kan? Lebih manis daripada rayuan murahan di
sinetron-sinetron kejar tayang itu. Peluk dan cium untukmu yang manis, hehehe…
Makan kue yang tak terlalu manis dengan kopi yang
sedang saja takaran pahitnya itu sangat menghangatkan lambung tanpa membuat
tenggorokan tercekat. Pas. Nah, perut sudah lumayan kenyang. Tapi jam segini
belum bisa bisa ngantuk lagi, ngapain ya… mau baca buku tapi stok bacaan yang
belum dibaca masih kosong, mau nonton film di laptop tapi kan sudah kubilang
kalau aku lagi malas memelototin layar elektrik yang sinarnya berpendar
menyakitkan mata *dasar bebal, huh!
Ehm… aha!
Aku kemarin siang kan beli cokelat batangan rasa kacang mede di minimarket
berinisial I. oke, lupakan tentang hidup sehat, kolesterol tinggi, blablabla…
Maafkan untuk penemu tips ‘gak boleh
ngemil malam-malam karena bikin perut buncit’, aku itu bukan seorang
idealis yang rela kelaparan demi ideologinya, memang aku idiot!
Ya, cokelat itu enak. Kadang di moment tertentu
lebih enak daripada kentang yang dikukus yang maha eksotis itu. Tapi mereka
sama-sama favorit, gak perlulah diperbandingkan, keanekaragaman itu keren. Aku kalau
makan cokelat sendirian itu tak selalu habis satu batang sekali makan. Selalu aku
makan satu potong di pas keratannya. Rasa mede ini favoritku, karena pada
dasarnya aku suka kacang-kacangan. Sisanya aku simpan di bawah tumpukan baju,
yang akan aku makan pas aku ingin yang manis-manis tapi gurih.
Okeee… perut benar-benar puas dan kenyang sekarang.
Kopi sudah tandas sedari tadi, tanpa menyisakan ampas. Pening mulai berkurang,
hidung pun sudah mulai menyerah memproduksi lendir bening. Meski ya masih ada
kecebong yang nyangkut di leher – semoga tak berubah menjadi kodok hijau besar
yang suaranya bising, tapi tak apalah, dianggap enteng saja *keajaiban sugesti bekerja keraslah!
Pukul satu lebih satu menit dini hari. Mata sudah
mulai berat. Yes, akhirnya ngantuk juga. Mulai nata menata bantal. Rebahkan tubuh
diposisi paling nyaman. Kemudian tarik selimut sampai dibatas leher. Terakhir matikan
lampu. Aahh… sudah. Selamat rabu dini hari, semoga tubuh tangguh lagi. Karena masih
banyak hal menyenangkan yang harus kita lalui bersama. Semangat buh, tubuh! *senyum lebaarr…