gambar diambil dari sini
Perasaan ingin tak terlihat ini kadang terlalu
menguras. Bukan, saya sedang tak ingin menjadi ‘Hollow Man’ ataupun ‘Casper’.
Tapi kadang perhatian yang terlalu berlebihan itu membuat canggung dan membikin
murung. Tidak semua orang terlahir sebagai Musdalifah dan Nasar yang nyaman bergenit
ria di depan kamera; Syahrini dengan jambul ‘apalah itu namanya’ yang luwes
diiringi suara mendayu merayu secara seporadis menguasai isi berita
infotainment; atau-pun para politisi berperut buncit yang berbusa-busa membuat
pembenaran atas kelakuan brengsek di acara diskusi tolol di berita televisi.
Dulu, saya sering melakukan imaji konyol yang seperti
ini; suatu hari tanpa sengaja menemukan ramuan ajaib yang membuat tubuh tak
bisa terlihat. Kemudian dengan tubuh tak terlihat itu saya memanfaatkannya
untuk keliling dunia. Saya tak perlu uang melimpah atau-pun buku kecil bersampl
hijau itu. Melanglang buana dari satu negara ke negara lain menggunakan semua
moda transportasi yang semuanya gratis. Begitupun saat harus menginap, makan,
masuk ke wahana pariwisata dan lain sebagainya tanpa mengeluarkan uang
sepeser-pun. Itu semua mungkin, karena saya tak terlihat. Dan satu lagi
keuntungan yang tak boleh terlewatkan, saya bisa memelototi sepuasnya para
lelaki tampan di seluruh penjuru dunia. Melakukan apa saja terhadap musisi
idola saya, yang biasanya hanya bisa saya lakukan di fantasi saja. Hahaha,
betapa meneteskan liur!
Iya, anda bisa menyebut saya ‘selfish Maniac’. Sayang sekali, saya bukanlah penderita ‘Loneliness Syndrom’. Jadi, jauhkan obat
anti depresan itu dari jangkauan saya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar