Senin, 22 Juni 2009

MIMPI PERIH

 
Aku bingung.
Tak tahu apa yang ingin aku lakukan.
Buta langkah.
Terasa buntu segala arah yang ingin kutuju.
Tak berbentuk segala apa yang melintas di kepala.
Terpenjara dalam pengap imaji.
Segala rasa memvonis diri.
Tanpa tahu aku ada untuk apa.
Begitu banyak pilihan yang membentang.
Seluruh penjuru mata angin menawarkan solusi.
Ke barat,aku takut mati.
Ke timur,aku ragu terhenti.
Ke utara,harapan sekarat menanti.
Ke selatan,tak mungkin rasanya terlampaui.
Aku gumuli seluruh angkasa raya.
Bulan bintang tak memberi jawab.
Tak lelah menanti malam berganti pagi.
Namun siang hanya memberi kosong.
Selalu setia berharap panas tak mengeras.
Biar hujan menari lepas.
Mengikis semua beban nelangsa.
Sampai tak ada yang tersisa.
Namun percuma.
Ternyata hujan begitu cepat berlalu.
Menghilang begitu saja.
Sebelum sempat pelangi menyapa dasar jiwa.
Lalu kemanakah akan kucari.
Segala mimpi yang telah lama membuai realita.
Nyata terasa sumir untuk dimengerti.
Birahi fiksi merayu asa.
Terpuruk segala jalinan sutra jiwa.
Merasa semua adalah percuma.
Nyanyian jiwa sumbang sudah.
Akankah mampu melewati yang tersisa.
Meski………
Tertatih-tatih.
Rapuh.
Ringkih.
Kepada bumi lantas aku mengadu
Mengapa tak sedari dulu aku mencari diri.
Biar tegar aku menantang waktu.
Tegak tak terputus.
“Percuma kau beretorika” ucap ilalang datar.
Sedihmu hanya akan menggumpal beku.
Jika jiwamu tak kau biarkan bebas lepas.
Lantas…………
Angin lembah berhembus lirih.
Mengaburkan derita air mata.
Suara gemericik air hujan sisa semalam.
Mengundang derai tawa.
Meski sesaat tak mengapa.
Sudah cukup menghalau gundah.
Dan akhirnya akupun bisa berkata.
Tahukah kau………
Meski lara dan derita menghimpit nadi.
Aku takkan pernah jera bermimpi.
Menemukan damai jiwa.
Di tempat yang telah lama kubayangkan.
Tempat persinggahan terakhir.
Betah berlama-lama aku di sana.
Tanpa berpikir seujungkukupun untuk menafikannya.
Akan selalu ku genggam harapku ini.
Dalam tiap detik langkah hidupku.
Kendati senyum dan tangis.
Akan selalu setia mengiris perih.
Tak mengapa…………
Karena aku adalah kelana jiwa.
Yang siap menerima apa.
Tanpa tahu kenapa.

Tidak ada komentar: