Saya bukan mesin lho. Saya punya batas yang berupa
deret kata bernama kesabaran. Saya sabar kata teman saya. Tapi saya bukan sufi
pun saya bukan biksu yang kadar sabarnya bisa membuat saya geleng-geleng
kepala. Mesin juga butuh rehat agar bisa bekerja secara maksimal kembali apalagi
manusia yang punya sensor berupa rasa lelah dan emosi naik turun tak terkendali
sebagai remainder bahwa tubuh dan
jiwa butuh istirahat.
Saya manusia biasa, dan sore tadi saya merasa rasa
sabar saya sedang brengsek-brengseknya. Saya marah hingga saya menyerahkan diri
pada dada yang sesak mengambil nafas lantas takluk pada tiga, empat, lima tetes
air yang mengaliri pipi saya. Biarlah saya disebut cengeng, itu tak akan
menurunkan harga diri saya.
Rasanya begitu JLEB! Dan PLAK! Secara bersamaan di
dalam sini. Bukan secara fisik memang, tapi kata-kata kadang lebih membunuh
dari samurai sekalipun. Apa yang lebih menyesakkan daripada mendapatkan
semburan kata ‘menusuk’ dari orang yang selama ini kau banggakan dan kagumi? –
kalau dari orang lain sih saya gak bakalan ambil pusing.
Huh, tolong
beri saya minum, air mata tolol ini membuat saya dehidrasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar