Bunyi tetes air di wastafel: bayangan cermin di
toilet saat tengah malam, suara angin saat hujan deras dan halilintar yang
garang mengajak malam bermain petak umpet. Apakah yang akan kau rasakan jika
dihadapkan pada kondisi seperti itu? Takut, kencing di celana, melarikan diri
dari kenyataan lalu bunuh diri? – halah!
yang ini jangan diambil pusing, sangat lebay, teman. Hehe – atau malah
memacu andrenalin jiwa petualang anda?
Lalu
bagaimana dengan saya? Kalau saya sebisa mungkin untuk tidak peduli, memfokuskan
diri pada material-material solid, seperti; pintu, jendela, lantai dan lain
sebagainya. Saya lantas pura-pura tidak mendengar, pura-pura tidak melihat,
pokoknya memati-rasakan diri.
Saya percaya ada dunia lain beserta makhluknya
yang ada di dimensi dunia nyata ini dan kadang mereka suka tersesat ke dimensi
kita. Apa itu bentuknya? Entahlah.
Saya sujud syukur tidak pernah melihat penampakan mereka secara nyata yang
vulgar dan frontal, mungkin hanya seliweran sepintas lalu saja – bayang samar
yang entah karena perasaan sendiri yang mengada-adanya atau karena memang
benar-benar ada. Saya ya masa bodoh saja, prinsip saya sepanjang kita tidak
saling mengganggu semua akan baik-baik saja. Berbagi bukanlah kriminal; berbagi
ruang, berbagi tempat, berbagi waktu dengan hal yang transparan. Kenapa tidak,
kita bahkan memberi ruang pada imajinasi sendiri seluas-luasnya dan
seliar-liarnya, jadi kenapa tidak? Toh kita bukan satu-satunya makhluk di bumi
ini.
Jadi, apakah
saya pernah penasaran dengan mereka? Ya kan sudah saya bilang kalau saya
ini masa bodoh, maka saya tidak mau tahu. Saya sudah merasa cukup senang dengan
apa-apa yang sekarang ini. Kadang tak semua hal harus kita ketahui. Bisa
membaca semua rahasia bumi dan alam bakalan membuat kita susah. Menyimpan
rahasia sendiri saja kita sudah sering keteteran dan sering mengeluh serta
mengaduh, apalagi rahasia yang ini – saya belum bisa berani untuk
membayangkannya. Rasanya terlalu berlebihan bagi saya yang biasa ini.
Jadi apakah
saya selalu berani? Tak pernah takut sama sekali? Wow! saya tidaklah seheroik
itu, pasti ada masanya saya sangat takut sekali. Suatu kali, di malam yang
hujan deras dan penuh dengan halilintar saya memberanikan diri menonton film Jaelangkung
yang paling pertama itu. Dan oh ya, saat itu keadaan saya lagi sendiri – tak
ada siapa-siapa di rumah. Nekad sekali bukan? Karena saya berasumsi bahwa film
ini bakalan seperti film horor lokal lainnya, ‘enteng-lah ya’ pikir saya ceroboh. Saya tutup semua pintu jendela
dan mulai menikmati film itu. Dan eng ing
eng… benar-benar mampu membuat nyali
saya berderit kayak pintu kamar yang tertiup angin bercampur hujan. Benar-benar
mampus pikir saya, mana saya lagi kebelet pipis lagi. Karena menahan pipis itu
tidak baik bagi kesehatan maka terpaksalah saya pergi ke kamar mandi, dengan
hati was-was tentunya. Selama di kamar mandi saya tidak berani memandang cermin
toilet, selalu merasa di belakang punggung saya ada sepasang mata yang
mengawasi, ada bayang-bayang yang entah saya buat sendiri atau apa. Selama seminggu
penuh saya benar-benar paranoid kalau di malam hari ke kamar mandi sendirian. Dem! Itu satu-satunya
film sepanjang ini yang mampu memuat saya merinding disko ajojing-ampun Dj.
Ah-kalau-horor-zaman-sekarang-mana-saya-takut, cuman
payudara dan paha doang. Dan semakin banyak kaum laki yang berbondong-bondong
ke bioskop hanya untuk nonton ‘hantu’ – hantunya
semlohai aduhai gitu mana tahan kaka’, eh yang di bawah situ jangan lupa
ditahan juga, hahaha… Statistik data dari klan Punjabi membuktikan tren itu
[sigh, tak cukup puas rupanya kalian
menginvasi televisi dengan sinetron-sinetron konyol itu]. Ah geli saya kalau
nonton film horor sekarang ini, mending saya uji nyali langsung di kuburan
saja. *songong
Lalu bagaimana di kehidupan nyata? Apakah pernah
digodain alias diusilin sama mbak dan mas hantu? Hm, saya kurang yakin dengan
hal ini sebenarnya, apakah benar saya digodain sama mereka atau hanya
bisa-bisanya alam bawah sadar saya saja. karena setiap dihadapkan pada situasi
yang aneh, maka saya akan melarikan diri pada pembenaran yang logis. Contohnya:
1. Suatu malam di kamar kos saya terdengar
suara-suara aneh dari dalam kardus: ah,
mungkin itu hanya cicak yang terperangkap di situ, sedang bingung cari jalan
keluar atau sedang bingung karena tidak ada partner bercinta, hehehe…
2. Merasa ada bayang-bayang putih di belakang
punggung saat nonton tivi sendirian: ah,
pasti itu hanya ilusi mata atau barusan itu adalah seprei tetangga yang main
nyelonong saja, benar-benar tak sopan yah?
3. Di tengah malam yang hujan deras, jendela kamar
kos saya seperti ada yang mendobrak-dobrak. Seperti ada sesuatu yang memaksa
ingin masuk, apakah sesuatu itu?: tidak
berani mengintip ke jendela dan sedang tidak punya pembenaran karena itu tampak
nyata sekali. Maka saya keraskanlah itu volume radio, suaranya benar-benar
mengalihkan kuping seluruh penghuni kos. Berisik itu sampai subuh, saudara. Sampai
adzan subuh berkumandang, baru merasa amanlah saya. Setan banget memang, mereka
telah menyabotase jatah tidur saya. Benar-benar jengkel!
Ya itulah dia. Cukup segitu saja contohnya. Kalau banyak-banyak
nanti kamu bakalan mual, dan itu tidak baik bagi kesehatan.
Hahahasudahlahyah
mas mbak hantu, Sesuatu deh kamuuu…. *tiba-tiba merasa tumbuh jambul di
kepala :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar