Senin, 07 Januari 2013

DERET LAGU DENGAN EKOR BERSUMBU PELEDAK

 
Apakah kamu punya daftar lagu kesukaan yang bisa kamu fungsikan sebagai sumbu peledak mood? Saat kau nyalakan sumbunya dan BOOM! dirimu yang sedih, gelisah, lelah, jenuh, risau, tertekan dan hal-hal yang bersinonim lainnya akan meledak menjadi kepingan daging yang darahnya muncrat di dinding. Lantas diam-diam karena takut ketahuan kamu satukan lagi kepingan yang berserak itu menjadi dirimu yang berkebalikan.
Baiklah, penggambaran di atas terlihat seperti drama seri pembunuhan berantai murahan. Dan sayangnya saya suka yang murah-murah, hehe.

Jadi, begini begini – hei kamu yang di sebelah sana mari merapat biar lebih hangat – saya mau membicarakan tentang lagu sebagai ‘mood booster’. Pastinya kamu punya kriteria tersendiri untuk memasukkan sebuah lagu ke dalam kategori ini. Begitu pun saya. Tentu saja saya akan memilih lagu-lagu yang danceable: bisa merangsang saraf saya untuk mengetuk-ngetukkan jemari tangan dan kaki, mengangguk-anggukkan kepala, menggerak-gerakkan bahu, menarik-narik ujung bibir untuk sing along. Yang bisa menstimulasi otak untuk memompa dopamin lebih banyak lagi: membuat senyum dan ketawa tanpa pemicu apa dan kenapa, membuat sejenak amnesia bahwa ada ‘kata’ bernama malu dan canggung, membuat halusinasi kanan kiri hingga lupa diri, DAN yang [kadang] sanggup membuatmu meledak!
Dan sebisa mungkin saya akan menghindari lagu-lagu bertipe psychedelic nan mengawang, sisakan itu untuk lagu pengantar tidur nanti malam.

Musik itu ibarat makanan bagi tubuh. Setiap orang pasti punya standar selera makanan yang enak itu seperti apa. Orang lain bilang lezat belum tentu saya bakalan mengamini. Biar kata ahli gizi bilang makanan itu baik untuk kesehatan badan tapi kalau lidah saya tidak sepakat, ya ucapkan saja selamat tinggal sampai jumpa lagi kapan-kapan. Pun begitu dengan musik, biarpun orang lain ataupun para kritikus musik bilang sebuah lagu bagus dan baik-buat-kesehatan-jiwa tapi kalau kuping saya berontak saya tidak akan memaksakannya.
Masalah selera itu masalah kejujuran saya kira. Bukan karena mau dibilang orang apa TAPI mau orang bilang apa, siapa peduli?
Tapi saya tak akan tabu untuk mencicipi sebuah cita rasa baru sebelum memutuskan makanan itu enak atau tidak, membuat ketagihan atau cukup sekedar ‘bolehlah dinikmati sekali-sekali’. Begitu pula dengan musik/lagu yang dikuping saya tidak atau belum familiar saya tak akan sungkan untuk mencoba mendengarkannya dulu sebelum memutuskan suka atau tidak, pantas dijadikan lagu favorit atau hanya sebatas ‘iya, saya pernah tahu dan dengar lagu ini’.

Telinga saya adalah jenis yang lebih responsif dengan musik-musik arus-utama, Iya, sangat overrated memang. Dan saya bukanlah tipe penikmat lagu yang terpusat pada lirik. Saya cenderung seperti ini: sepanjang aransemen musik [sounds yang dihasilkan oleh bebunyian alat-alat musik] dan vokal penyanyinya enak di telinga SAYA maka saya bakalan suka – urusan lirik biar dicari tahu belakangan [salahkan kemampuan multi bahasa saya yang kurang] . ‘Apakah ini terdengar saya adalah tipikal yang dangkal, mudah terpesona tampilan luar?’ Ha-ha. ‘Sangat mungkin, darl… ‘.
Begini: bila ada sebuah lagu yang musiknya groovy tapi liriknya melankoli, bagi saya itu bukan lagu sendu – tetap saja itu lagu untuk ‘hara-huru’. Bayangkan lagu sedih yang di remix remix pake Dj itu, kamu dengan mudah akan kehilangan esensi awal dari lagu tersebut – ‘salam hangat untuk ambiguitas, harimu cerah?’
JADI saya tak peduli lirik lagu yang banal sampai binal sekalipun. Sepanjang saya suka ya suka saja. Kalaupun pada akhirnya saya tahu lirik lagu kesukaan saya begitu keren, itu akan menambah tanda plus plus bagi nilai A yang sudah saya beri jauh hari.

Well, setelah berpanjang lebar mari sini saya kasih tahu daftar lagu yang punya ekor sumbu peledak itu. Tapi saya peringatkan lebih dulu, saya akan se-enak jidat sendiri dalam memberi ulasan dan alasan kenapa saya suka. Ini benar-benar subjektifitas yang total dan loyal. Sepenuhnya dari sudut pandang orang pertama, yang semena-mena pastinya. Jadi jangan merasa heran atau hilang akal bila nanti saya terdengar sok-sokan: sok paling ngerti, sok yang paling ‘iyes’ sendiri sejagad raya, sok bertingkah kayak pengamat musik bintang lima padahal ngerti musik juga baru kemarin sore.
JADI dengan takzim dan tulus ikhlas saya pohonkan kerelaan sanubari anda untuk memaklumi saya.

Nah, ini dia 11 lagu paling membara se-planet merah. Ini tidak enteng. Ini tidak gampang. Perlu perenungan dan ketegaan hati untuk menciutkan sekian puluh kandidat lagu kesukaan hingga tinggal tersisa 11 lagu saja. Pemberian nomor bukan berdasar ranking, tapi semata hasil acak mengacak saja.
So, Hey! Ho! Let’s go…


Intro yang phenomenal, ritme yang asyik buat ‘bergoyang’, ocehan vokalisnya yang ‘membakar’ dari jempol kaki sampai ujung rambut, sayatan gitar ala Dj yang membuat saya benar-benar nyembah minta ampun. Oh tomat merah, ternyata menjadi senang tak perlu uang sekeranjang. Cukup dengarkan ini dan kamu akan melupakan kutipan-kutipan bijak yang bertebaran di jejaring sosial. Ini seperti membeli snack kesukaan dan tanpa disangka ada hadiah uang di dalamnya. Yang uangnya bisa dibuat beli snack itu lagi – eh dapat hadiah lagi, ya beliin snack lagi dong [siklus berulang sampai membuat lidah dan perutmu kenyang kepuasan].

Bila semangatmu sedang bandel dan tak mau diajak kompromi, coba dengarkan lagu Zack De La Rocha dkk ini. Semangatmu akan kembali dua tiga kali lipat. Ayo angkat dan kepalkan tangan kananmu:
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!!
MOTHER FUCKER!!!!
UGH!!


Tak perlu mushroom atau daun-lancip-yang-pinggirnya-bergerigi, kamu hanya perlu mendengarkan lagu ini untuk tahu rasanya: kaki tidak menjejak tanah dan tangan-tangan tak kasat mata mengelus kepala. Hm, seperti tidur di atas ayunan yang terbuat dari rajutan bunga dandelion yang dipetik saat musim semi.

Saat mendengar lagi ini yang terbayang di kepala saya adalah ‘relaksasi di pinggir pantai sore hari sambil minum teh melati’. Benar-benar membikin lupa hingga membuat mata saya setengah terbuka. “Tidur, tiduur, tiduuur yang dalaaam…” Haha-halah!

‘Swing’ itulah Jungle Fresh. Membuatmu bergoyang meski dalam ritme malas-malasan. Iya, semalas suara vokalisnya. Mereka tampak seperti habis bangun tidur. Mungkin sudah jadi habit empat orang itu. Tapi menjadi malas tidaklah jahat, kadang ia bisa sangat menyenangkan.

Hei hei ayo ayunkan tubuh dan tanganmu ke kanan dan ke kiri ikuti ketukan iramanya:
There you go!
Get the cool!
Get the cool shoeshine!
Get the cool!
Get the cool shoeshine!
Get the cool!
Get the cool shoeshine!
Get the cool!
Get the cool shoeshine!


Jenis musik yang paling sulit bersahabat dengan telinga saya adalah musik yang sound-nya didominasi oleh Dj dengan seperangat turntable-nya. Macam musik House, Remix, Trance dan lain sejenisnya yang biasa diputar di klab-klab. Jedak jeduk itu membuat kepala saya berputar tanpa kendali dan akhirnya meledak membentur dinding. Membuat disorientasi mendadak hingga tanpa sadar membuat hidung saya mengeluarkan darah. Haha, makanya saya tak pernah mau kalau diajak ke klub malam. Bukan apa-apa, saya hanya tak tahan dengan suara yang memalu  dan mengkapak kepala tanpa ampun itu DAN oh: invasi permainan cahaya-tajam-beraneka-warna-ragam yang intens menusuk mata – sangat mungkin akan membuat pupil saya menangis darah [harfiah]

TAPI, saya bermurah hati memberi pengampunan  kepada musik Dubstep. Jenis musik yang meski pakai Dj masih tetap bisa membuat saya menghancurkan-seisi-kamar-tanpa-sadar. Saya masih bisa melakukan gerakan memutar-mutar kepala sampai leher patah, membentur-benturkan tubuh secara brutal pada ‘lingkaran-setan-tak-kasat-mata’ YANG biasanya hanya bisa kamu lakukan di konser-konser Metal.

Dan Skrillex adalah salah satu ksatria berkudanya. Saya tak ambil pusing dengan kontroversi yang mengekor di pantatnya. Selama saya masih bisa menikmati musiknya cukup sudah.

Scary Monster And Nice Stripes selalu berhasil membuat saya meledak dan ber-ejakulasi dini. Tutup rapat pintu kamar dan kencangkan volumenya sampai batas maksimum. Siapkan kuda-kuda yang kokoh karena kamu akan dihajar secara sporadis dengan dentuman-dentuman tanpa jeda. Tapi alih-alih bersiap untuk melawan, kamu malah sibuk memunguti serpihan otak, hati, jantung, lambung, pankreas, usus yang tiba-tiba berserakan di lantai kamar. DAN teriakan ‘YES OH MY GOSH!’ yang garang tapi seksi itu langsung membuat orgasme! JADI siapkan tisumu! Hahaha…


Lagu yang hebat! Saya bisa tahan mendengarkan lagu ini seharian. Tidak, tidak ada kosakata bosan. Sangat jarang ada lagu yang bisa membuat saya ‘pura-pura lipsing di depan cermin sambil menggerak-gerakkan badan dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajah saya’. iya! Tiba-tiba muka saya begitu ekspresif. Benar-benar Awesome! Hehe, konyol sih, tapi menggembirakan lho.

Saya ikut larut dalam suasana yang berhasil dibangun lagu ini: rasa senang karena baru saja bebas dari penjara setelah sekian lama namun juga sekaligus was-was apakah seseorang yang dicintainya masih menunggu dan menginginkannya,
I'm comin' home, I've done my time
Now I've got to know what is and isn't mine
If you received my letter telling you I'd soon be free
Then you'll know just what to do
If you still want me, if you still want me.
Whoa, tie a yellow ribbon round the ole oak tree
It's been three long years, do you still want me?
If I don't see a ribbon round the ole oak tree
I'll stay on the bus, forget about us, put the blame on me
If I don't see a yellow ribbon round the ole oak tree.

Dan whoa, ternyata seseorang itu masih setia menunggunya,
Now the whole damned bus is cheerin'
And I can't believe I see
A hundred yellow ribbons round the ole oak tree
I'm comin' home.

Akhir yang bahagia, saudara. :]


Yang saya suka dari lagu ini adalah aksen British-nya yang kental. Kaku dan terkesan terpotong-potong [haha, seperti daging saja], agak aneh sih tapi masih enak didengar telinga. Kadang saya suka ikut niruin [bagian verse-nya yang kayak ngomel sendiri itu] hanya sekedar buat lucu-lucuan. Dan saya pun tiba-tiba merasa seperti Harry Potter dan ala komentator bola Liga Inggris abal-abal.

Nah, saya juga suka bagian chorus-nya:
All the people
So many people
They all go hand in hand
Hand in hand through their parklife


‘Oh yeah, oh yeah, ah, ah, ahh. Oh yeah, oh yeah, ah, ah, ahh’
Oh yeah, mood saya kembali baikan! Sekarang dia sudah asyik teriak-teriak  sama saya sambil bentur-benturin kepala ke tembok. Hahaha…

Mereka [Led Zeppelin] seperti asyik bermain dengan pola pengulangan-pengulangan di lagu ini tapi jatuhnya tidak jadi monoton, sanggup membuat sing along dari awal sampai akhir. DAN lead-lead gitar yang luar biasa gila itu. Oh, mereka berhasil membuat saya ‘sinting’!
Aarghh… ayo putar yang lebih kencang. Mari sinting sampai pening.
I gotta roll, can't stand still,
Got a flaming heart, can't get my fill.
Eyes that shine burning red,
Dreams of you all through my head.
Ah-ah
Ah-ahh ah-ah
Ah-ah ah-ah
Ah-ah ahhh.


‘Oh well, oh well, oh well’  adalah baris kata berbisa di lagu ini. Mengadiksimu dengan menancapkan taring beracunnya secara terang-terangan dan kamu suka.
Suara gitar yang sepintas terdengar berantakan dan asal nyaring itu mungkin diawalnya akan membuatmu agak terganggu. Tapi lama-lama saat kamu sudah mulai akrab, kamu tak akan sungkan untuk jatuh hati padanya.

Coba dengarkan abang Jack yang asyik meracau sendiri seperti sedang bermonolog. Dia seperti sufi yang kusyuk berdo’a dengan mata terpejam dan mulut komat-kamit,apakah ia sedang ekstase? Dan saya pun sebagai seorang hamba ikut takzim mengangkat kedua tangan di depan dada sambil bersenandung lirih ‘amin-amin-amin’, seraya mengangguk-anggukkan kepala.
Oh well, Hallelujah! Tuhan memberkatimu Jack White.


Saya suka bagian intro dan verse-nya yang ber-rima, jadi nyaman dan enak didengar telinga:
Yeah yeah
Yeah yeah
Yeah yeah
Yeah yeah.
I've broken every law
All the words come out my broken jaw
I don't know anything
But then I act like I know everything.
Don't want to talk about it
What do you see when you dream about it?
I had been broke down from my enemies
I'm drifting farther from my memories.

Dan isntrumennya pun asyik buat mengayunkan tungkai kaki dan mengetukkan jemari tangan.


18 and life, you got it
18 and life, you know
Your crime is time and it's
18 and life to go.
18 and life, you got it
18 and life, you know
Your crime is time and it's
18 and life to go.

Sebastian Bach: lelaki rupawan dengan suara menawan. Meeen… bagaimana mungkin orang bisa mempunyai suara sedasyat itu. Apakah ia nemu di jalan atau hasil dari membujuk tuhan?
Hahaha, whatever. I like you, Bach. Kalau saja sekarang saya berada di masa lagu ini, saya rela menjadi groupie-mu. Huwahahaha… :p

Lirik lagunya memang tragis. Tapi bagi sebagian orang hidup itu keras, bung!
Namun lengkingan mas Sebastian di telinga saya tidak terdengar keras kok, malah terdengar seperti lulabi. *tsaaah…

Jangan lupakan solo gitar yang superb itu. Membuat saya berlagak menjadi kontestan dalam kompetisi ‘Air Guitar’ nomer wahid. Hehe…


Saya sabar menelan celotehannya [mungkin karena ulah aksennya] demi mendengar baris kata yang terus-terusan nancep di kepala:
‘Cause you need me, man, I don’t need you
You need me, man, I don’t need you
You need me, man, I don’t need you at all
You need me, man, I don’t need you.
Ini ibarat antri panjang [sambil berdiri pula] di warung langganan yang terkenal enak. Kaki pegel-pegel sih, tapi worth it lah ya demi sebungkus nasi kesukaan.

Coba dengarkan baik-baik saat ia mengambil nafas di antara jeda ‘You need me, man, I don’t need you’ dengan baris seterusnya, apakah kau bisa merasakan tarikan nafasnya yang seperti kecapekan karena habis mengelilingi lapangan bola tujuh putaran itu? [ya iyalah, berceloteh secepat itu siapa yang bisa menyembunyikan rasa lelah]. Hei, bukankah itu terdengar seksih? Hehe… 
Satu lagi, kamu akan semakin suka kalau ditambah lagi dengan menonton video klipnya.


GREAT! That’s it.


Iya, itulah mereka.
‘Hei, apakah itu daftar lagu mood booster sepanjang masa?’
Haha, terlalu berlebihan. Saya bukanlah golongan umat die-hard fan. Bila saya ketemu lagu lain yang lebih ‘mantaps’, ya berubah lagilah itu list lagunya. Makanan-pun akan membosankan bila dikonsumsi sering-sering. Mencari-cari varian baru sebagai selingan, siapa tahu ia bisa membuat saya ketagihan [lagi].
Saya akan melanjutkan misi mengais-ngais puing sisa peradaban di tahun-tahun yang kemarin. Siapa tahu saya bisa menemukan sekotak harta karun berisi musik yang asyik – lainnya.
Iya. Saya angkat tangan, menyerah kalah kalau ditanya soal lagu-lagu yang up-to-date belakangan ini. Benar, saya nggak gahol. Tapi, whatever-lah, ini kan masalah selera, terserah si saya dong ya?

Ehem. Iya benar lagi, mungkin kamu bilang saya labil dalam menetapkan lagu pilihan yang permanen. Tapi begini tuan, sekarang ini bagaimana anda mau menjadi ‘penggemar berani mati’ kalau para pahlawan one-hit wonder  telah menancapkan pedang popularitasnya di seluruh penjuru dunia? 


3 komentar:

R - gil mengatakan...

aku juga punya daftar playlist :D
dan ku beri nama hipster in space
soalx banyak lagu lamanya tp msh masuk tahun 2000 dan lokal pula,
maklum sayakan alien lokal pakai pulsa lokal sekalian makanan lokal, karena terlalu lokal sampai yang lokal pun gag tau :D

bongol bukan..
hidup lokal yeahhh

Lina Budiarti mengatakan...

Nah, pasti kamu juga senang blusukan ke lokalisasi ya? *wink

Anonim mengatakan...

yah saya kan lelaki lokal yg masih lokal tp meski lokal tp tidak berkualitas lokal, :D