Apakah kamu punya daftar lagu kesukaan yang bisa
kamu fungsikan sebagai sumbu peledak mood? Saat kau nyalakan sumbunya dan BOOM! dirimu yang sedih, gelisah, lelah,
jenuh, risau, tertekan dan hal-hal yang bersinonim lainnya akan meledak menjadi
kepingan daging yang darahnya muncrat di dinding. Lantas diam-diam karena takut
ketahuan kamu satukan lagi kepingan yang berserak itu menjadi dirimu yang
berkebalikan.
Baiklah, penggambaran di atas terlihat seperti
drama seri pembunuhan berantai murahan. Dan sayangnya saya suka yang
murah-murah, hehe.
Jadi, begini begini – hei kamu yang di sebelah
sana mari merapat biar lebih hangat – saya mau membicarakan tentang lagu
sebagai ‘mood booster’. Pastinya kamu
punya kriteria tersendiri untuk memasukkan sebuah lagu ke dalam kategori ini.
Begitu pun saya. Tentu saja saya akan memilih lagu-lagu yang danceable: bisa merangsang saraf saya
untuk mengetuk-ngetukkan jemari tangan dan kaki, mengangguk-anggukkan kepala,
menggerak-gerakkan bahu, menarik-narik ujung bibir untuk sing along. Yang bisa menstimulasi otak untuk memompa dopamin lebih
banyak lagi: membuat senyum dan ketawa tanpa pemicu apa dan kenapa, membuat
sejenak amnesia bahwa ada ‘kata’ bernama malu dan canggung, membuat halusinasi
kanan kiri hingga lupa diri, DAN yang [kadang] sanggup membuatmu meledak!
Dan sebisa mungkin saya akan menghindari lagu-lagu
bertipe psychedelic nan mengawang,
sisakan itu untuk lagu pengantar tidur nanti malam.
Musik itu ibarat makanan bagi tubuh. Setiap orang
pasti punya standar selera makanan yang enak itu seperti apa. Orang lain bilang
lezat belum tentu saya bakalan mengamini. Biar kata ahli gizi bilang makanan
itu baik untuk kesehatan badan tapi kalau lidah saya tidak sepakat, ya ucapkan
saja selamat tinggal sampai jumpa lagi kapan-kapan. Pun begitu dengan musik,
biarpun orang lain ataupun para kritikus musik bilang sebuah lagu bagus dan
baik-buat-kesehatan-jiwa tapi kalau kuping saya berontak saya tidak akan
memaksakannya.
Masalah selera itu masalah kejujuran saya kira.
Bukan karena mau dibilang orang apa TAPI mau orang bilang apa, siapa peduli?
Tapi saya tak akan tabu untuk mencicipi sebuah
cita rasa baru sebelum memutuskan makanan itu enak atau tidak, membuat
ketagihan atau cukup sekedar ‘bolehlah
dinikmati sekali-sekali’. Begitu pula dengan musik/lagu yang dikuping saya
tidak atau belum familiar saya tak akan sungkan untuk mencoba mendengarkannya
dulu sebelum memutuskan suka atau tidak, pantas dijadikan lagu favorit atau
hanya sebatas ‘iya, saya pernah tahu dan
dengar lagu ini’.
Telinga saya adalah jenis yang lebih responsif
dengan musik-musik arus-utama, Iya, sangat overrated
memang. Dan saya bukanlah tipe penikmat lagu yang terpusat pada lirik. Saya
cenderung seperti ini: sepanjang aransemen musik [sounds yang dihasilkan oleh bebunyian alat-alat musik] dan vokal
penyanyinya enak di telinga SAYA maka saya bakalan suka – urusan lirik biar
dicari tahu belakangan [salahkan kemampuan multi bahasa saya yang kurang] . ‘Apakah ini terdengar saya adalah tipikal
yang dangkal, mudah terpesona tampilan luar?’ Ha-ha. ‘Sangat mungkin, darl… ‘.
Begini: bila ada sebuah lagu yang musiknya groovy tapi liriknya melankoli, bagi saya
itu bukan lagu sendu – tetap saja itu lagu untuk ‘hara-huru’. Bayangkan lagu
sedih yang di remix remix pake Dj itu, kamu dengan mudah akan kehilangan esensi
awal dari lagu tersebut – ‘salam hangat
untuk ambiguitas, harimu cerah?’
JADI saya tak peduli lirik lagu yang banal sampai
binal sekalipun. Sepanjang saya suka ya suka saja. Kalaupun pada akhirnya saya
tahu lirik lagu kesukaan saya begitu keren, itu akan menambah tanda plus plus
bagi nilai A yang sudah saya beri jauh hari.
Well,
setelah berpanjang lebar mari sini saya kasih tahu daftar lagu yang punya ekor
sumbu peledak itu. Tapi saya peringatkan lebih dulu, saya akan se-enak jidat
sendiri dalam memberi ulasan dan alasan kenapa saya suka. Ini benar-benar
subjektifitas yang total dan loyal. Sepenuhnya dari sudut pandang orang
pertama, yang semena-mena pastinya. Jadi jangan merasa heran atau hilang akal
bila nanti saya terdengar sok-sokan: sok paling ngerti, sok yang paling ‘iyes’
sendiri sejagad raya, sok bertingkah kayak pengamat musik bintang lima padahal
ngerti musik juga baru kemarin sore.
JADI dengan takzim dan tulus ikhlas saya pohonkan
kerelaan sanubari anda untuk memaklumi saya.
Nah, ini dia 11 lagu paling membara se-planet
merah. Ini tidak enteng. Ini tidak gampang. Perlu perenungan dan ketegaan hati
untuk menciutkan sekian puluh kandidat lagu kesukaan hingga tinggal tersisa 11
lagu saja. Pemberian nomor bukan berdasar ranking, tapi semata hasil acak
mengacak saja.
So, Hey! Ho!
Let’s go…
Intro yang phenomenal, ritme yang asyik buat
‘bergoyang’, ocehan vokalisnya yang ‘membakar’ dari jempol kaki sampai ujung
rambut, sayatan gitar ala Dj yang membuat saya benar-benar nyembah minta ampun.
Oh tomat merah, ternyata menjadi senang tak perlu uang sekeranjang. Cukup
dengarkan ini dan kamu akan melupakan kutipan-kutipan bijak yang bertebaran di
jejaring sosial. Ini seperti membeli snack kesukaan dan tanpa disangka ada
hadiah uang di dalamnya. Yang uangnya bisa dibuat beli snack itu lagi – eh dapat
hadiah lagi, ya beliin snack lagi dong [siklus berulang sampai membuat lidah
dan perutmu kenyang kepuasan].
Bila semangatmu sedang bandel dan tak mau diajak
kompromi, coba dengarkan lagu Zack De La Rocha dkk ini. Semangatmu akan kembali
dua tiga kali lipat. Ayo angkat dan kepalkan tangan kananmu:
FUCK YOU, I
WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!!
MOTHER FUCKER!!!!
UGH!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!!
FUCK YOU, I WON'T DO WHAT YOU TELL ME!!!
MOTHER FUCKER!!!!
UGH!!
Tak perlu mushroom
atau daun-lancip-yang-pinggirnya-bergerigi, kamu hanya perlu mendengarkan lagu
ini untuk tahu rasanya: kaki tidak menjejak tanah dan tangan-tangan tak kasat
mata mengelus kepala. Hm, seperti tidur di atas ayunan yang terbuat dari
rajutan bunga dandelion yang dipetik saat musim semi.
Saat mendengar lagi ini yang terbayang di kepala
saya adalah ‘relaksasi di pinggir pantai sore hari sambil minum teh melati’.
Benar-benar membikin lupa hingga membuat mata saya setengah terbuka. “Tidur, tiduur, tiduuur yang dalaaam…” Haha-halah!
‘Swing’ itulah
Jungle Fresh. Membuatmu bergoyang meski dalam ritme malas-malasan. Iya, semalas
suara vokalisnya. Mereka tampak seperti habis bangun tidur. Mungkin sudah jadi
habit empat orang itu. Tapi menjadi malas tidaklah jahat, kadang ia bisa sangat
menyenangkan.
Hei hei ayo ayunkan tubuh dan tanganmu ke kanan
dan ke kiri ikuti ketukan iramanya:
There you
go!
Get the cool!
Get the cool shoeshine!
Get the cool!
Get the cool shoeshine!
Get the cool!
Get the cool shoeshine!
Get the cool!
Get the cool shoeshine!
Get the cool!
Get the cool shoeshine!
Get the cool!
Get the cool shoeshine!
Get the cool!
Get the cool shoeshine!
Get the cool!
Get the cool shoeshine!
Jenis musik yang paling sulit bersahabat dengan
telinga saya adalah musik yang sound-nya
didominasi oleh Dj dengan seperangat turntable-nya. Macam musik House, Remix,
Trance dan lain sejenisnya yang biasa diputar di klab-klab. Jedak jeduk itu
membuat kepala saya berputar tanpa kendali dan akhirnya meledak membentur
dinding. Membuat disorientasi mendadak hingga tanpa sadar membuat hidung saya
mengeluarkan darah. Haha, makanya saya tak pernah mau kalau diajak ke klub
malam. Bukan apa-apa, saya hanya tak tahan dengan suara yang memalu dan mengkapak kepala tanpa ampun itu DAN oh:
invasi permainan cahaya-tajam-beraneka-warna-ragam yang intens menusuk mata –
sangat mungkin akan membuat pupil saya menangis darah [harfiah]
TAPI, saya bermurah hati memberi pengampunan kepada musik Dubstep. Jenis musik yang meski
pakai Dj masih tetap bisa membuat saya menghancurkan-seisi-kamar-tanpa-sadar.
Saya masih bisa melakukan gerakan memutar-mutar kepala sampai leher patah,
membentur-benturkan tubuh secara brutal pada ‘lingkaran-setan-tak-kasat-mata’ YANG
biasanya hanya bisa kamu lakukan di konser-konser Metal.
Dan Skrillex adalah salah satu ksatria berkudanya.
Saya tak ambil pusing dengan kontroversi yang mengekor di pantatnya. Selama
saya masih bisa menikmati musiknya cukup sudah.
Scary Monster And Nice Stripes selalu berhasil
membuat saya meledak dan ber-ejakulasi dini. Tutup rapat pintu kamar dan
kencangkan volumenya sampai batas maksimum. Siapkan kuda-kuda yang kokoh karena
kamu akan dihajar secara sporadis dengan dentuman-dentuman tanpa jeda. Tapi
alih-alih bersiap untuk melawan, kamu malah sibuk memunguti serpihan otak,
hati, jantung, lambung, pankreas, usus yang tiba-tiba berserakan di lantai
kamar. DAN teriakan ‘YES OH MY GOSH!’
yang garang tapi seksi itu langsung membuat orgasme! JADI siapkan tisumu!
Hahaha…
Lagu yang hebat! Saya bisa tahan mendengarkan lagu
ini seharian. Tidak, tidak ada kosakata bosan. Sangat jarang ada lagu yang bisa
membuat saya ‘pura-pura lipsing di depan cermin sambil menggerak-gerakkan badan
dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajah saya’. iya! Tiba-tiba muka saya
begitu ekspresif. Benar-benar Awesome!
Hehe, konyol sih, tapi menggembirakan lho.
Saya ikut larut dalam suasana yang berhasil
dibangun lagu ini: rasa senang karena baru saja bebas dari penjara setelah
sekian lama namun juga sekaligus was-was apakah seseorang yang dicintainya masih
menunggu dan menginginkannya,
I'm comin' home, I've done my time
Now I've got to know what is and isn't mine
If you received my letter telling you I'd soon be free
Then you'll know just what to do
If you still want me, if you still want me.
Whoa, tie a yellow ribbon round the ole oak tree
Whoa, tie a yellow ribbon round the ole oak tree
It's been three long years, do you still want me?
If I don't see a ribbon round the ole oak tree
I'll stay on the bus, forget about us, put the blame on me
If I don't see a yellow ribbon round the ole oak tree.
Dan whoa,
ternyata seseorang itu masih setia menunggunya,
Now the whole damned bus is cheerin'
And I can't believe I see
A hundred yellow ribbons round the ole oak tree
A hundred yellow ribbons round the ole oak tree
I'm comin' home.
Akhir yang bahagia, saudara. :]
Yang saya suka dari lagu ini adalah aksen British-nya
yang kental. Kaku dan terkesan terpotong-potong [haha, seperti daging saja],
agak aneh sih tapi masih enak didengar telinga. Kadang saya suka ikut niruin
[bagian verse-nya yang kayak ngomel sendiri itu] hanya sekedar buat
lucu-lucuan. Dan saya pun tiba-tiba merasa seperti Harry Potter dan ala
komentator bola Liga Inggris abal-abal.
Nah, saya juga suka bagian chorus-nya:
All the
people
So many people
They all go hand in hand
Hand in hand through their parklife
So many people
They all go hand in hand
Hand in hand through their parklife
‘Oh yeah, oh yeah, ah, ah, ahh. Oh yeah, oh yeah, ah, ah, ahh’
Oh yeah, mood
saya kembali baikan! Sekarang dia sudah asyik teriak-teriak sama saya sambil bentur-benturin kepala ke
tembok. Hahaha…
Mereka [Led Zeppelin] seperti asyik bermain dengan
pola pengulangan-pengulangan di lagu ini tapi jatuhnya tidak jadi monoton,
sanggup membuat sing along dari awal
sampai akhir. DAN lead-lead gitar yang luar biasa gila itu. Oh, mereka berhasil
membuat saya ‘sinting’!
Aarghh… ayo putar yang lebih kencang. Mari sinting
sampai pening.
I gotta roll, can't stand still,
Got a flaming heart, can't get my fill.
Eyes that shine burning red,
Dreams of you all through my head.
Ah-ah
Ah-ahh ah-ah
Ah-ah ah-ah
Ah-ah ahhh.
‘Oh well, oh
well, oh well’ adalah baris kata
berbisa di lagu ini. Mengadiksimu dengan menancapkan taring beracunnya secara
terang-terangan dan kamu suka.
Suara gitar yang sepintas terdengar berantakan dan
asal nyaring itu mungkin diawalnya akan membuatmu agak terganggu. Tapi lama-lama
saat kamu sudah mulai akrab, kamu tak akan sungkan untuk jatuh hati padanya.
Coba dengarkan abang Jack yang asyik meracau
sendiri seperti sedang bermonolog. Dia seperti sufi yang kusyuk berdo’a dengan
mata terpejam dan mulut komat-kamit,apakah ia sedang ekstase? Dan saya pun
sebagai seorang hamba ikut takzim mengangkat kedua tangan di depan dada sambil
bersenandung lirih ‘amin-amin-amin’, seraya mengangguk-anggukkan kepala.
Oh well,
Hallelujah! Tuhan memberkatimu Jack White.
Saya suka bagian intro dan verse-nya yang
ber-rima, jadi nyaman dan enak didengar telinga:
Yeah yeah
Yeah yeah
Yeah yeah
Yeah yeah.
I've broken every law
All the words come out my broken jaw
I don't know anything
But then I act like I know everything.
Don't want to talk about it
What do you see when you dream about it?
I had been broke down from my enemies
I'm drifting farther from my memories.
Yeah yeah
Yeah yeah
Yeah yeah.
I've broken every law
All the words come out my broken jaw
I don't know anything
But then I act like I know everything.
Don't want to talk about it
What do you see when you dream about it?
I had been broke down from my enemies
I'm drifting farther from my memories.
Dan isntrumennya pun asyik buat mengayunkan
tungkai kaki dan mengetukkan jemari tangan.
18 and life,
you got it
18 and life, you know
Your crime is time and it's
18 and life to go.
18 and life, you know
Your crime is time and it's
18 and life to go.
18 and life,
you got it
18 and life, you know
Your crime is time and it's
18 and life to go.
18 and life, you know
Your crime is time and it's
18 and life to go.
Sebastian Bach: lelaki rupawan dengan suara
menawan. Meeen… bagaimana mungkin orang bisa mempunyai suara sedasyat itu. Apakah
ia nemu di jalan atau hasil dari membujuk tuhan?
Hahaha,
whatever. I like you, Bach. Kalau saja sekarang saya berada di masa lagu
ini, saya rela menjadi groupie-mu.
Huwahahaha… :p
Lirik lagunya memang tragis. Tapi bagi sebagian
orang hidup itu keras, bung!
Namun lengkingan mas Sebastian di telinga saya
tidak terdengar keras kok, malah terdengar seperti lulabi. *tsaaah…
Jangan lupakan solo gitar yang superb itu. Membuat saya berlagak menjadi
kontestan dalam kompetisi ‘Air Guitar’
nomer wahid. Hehe…
Saya sabar menelan celotehannya [mungkin karena
ulah aksennya] demi mendengar baris kata yang terus-terusan nancep di kepala:
‘Cause you need me, man, I don’t need you
You need me, man, I don’t need you
You need me, man, I don’t need you at all
You need me, man, I don’t need you.
Ini ibarat antri panjang [sambil berdiri pula] di
warung langganan yang terkenal enak. Kaki pegel-pegel sih, tapi worth it lah ya demi sebungkus nasi
kesukaan.
Coba dengarkan baik-baik saat ia mengambil nafas
di antara jeda ‘You need me, man, I don’t
need you’ dengan baris seterusnya, apakah kau bisa merasakan tarikan
nafasnya yang seperti kecapekan karena habis mengelilingi lapangan bola tujuh
putaran itu? [ya iyalah, berceloteh secepat itu siapa yang bisa menyembunyikan
rasa lelah]. Hei, bukankah itu terdengar seksih? Hehe…
Satu lagi, kamu akan semakin suka kalau ditambah
lagi dengan menonton video klipnya.
GREAT!
That’s it.
Iya, itulah mereka.
‘Hei, apakah
itu daftar lagu mood booster sepanjang masa?’
Haha, terlalu berlebihan. Saya bukanlah golongan
umat die-hard fan. Bila saya ketemu
lagu lain yang lebih ‘mantaps’, ya berubah lagilah itu list lagunya.
Makanan-pun akan membosankan bila dikonsumsi sering-sering. Mencari-cari varian
baru sebagai selingan, siapa tahu ia bisa membuat saya ketagihan [lagi].
Saya akan melanjutkan misi mengais-ngais puing
sisa peradaban di tahun-tahun yang kemarin. Siapa tahu saya bisa menemukan
sekotak harta karun berisi musik yang asyik – lainnya.
Iya. Saya angkat tangan, menyerah kalah kalau
ditanya soal lagu-lagu yang up-to-date belakangan
ini. Benar, saya nggak gahol. Tapi, whatever-lah,
ini kan masalah selera, terserah si saya dong ya?
Ehem. Iya benar lagi, mungkin kamu bilang saya
labil dalam menetapkan lagu pilihan yang permanen. Tapi begini tuan, sekarang
ini bagaimana anda mau menjadi ‘penggemar berani mati’ kalau para pahlawan one-hit wonder telah menancapkan pedang popularitasnya di
seluruh penjuru dunia?
3 komentar:
aku juga punya daftar playlist :D
dan ku beri nama hipster in space
soalx banyak lagu lamanya tp msh masuk tahun 2000 dan lokal pula,
maklum sayakan alien lokal pakai pulsa lokal sekalian makanan lokal, karena terlalu lokal sampai yang lokal pun gag tau :D
bongol bukan..
hidup lokal yeahhh
Nah, pasti kamu juga senang blusukan ke lokalisasi ya? *wink
yah saya kan lelaki lokal yg masih lokal tp meski lokal tp tidak berkualitas lokal, :D
Posting Komentar