Jumat, 07 Desember 2012

RIBET BUKANLAH TETANGGA SEBELAH RUMAH. IA ADA DISEBERANG JALAN


Ribet mungkin asal kata dari riweh betul. Dan saya tidak terlalu suka dengan kosa kata ini. Ribet berarti terlalu banyak yang harus dilakukan pada sesuatu yang sebenarnya terlalu sedikit untuk bisa diupayakan. Ribet padanan katanya adalah rumit. Orang yang rumit mungkin sangat menikmati keriwehannya. Mereka mungkin penderita Obsesif Kompulsif, terlalu kuatir bila segala sesuatu tidak dilakukan secara bertingkat-tingkat dan berlapis-lapis. Merasa kurang bila tidak melakukan cara yang berkelok-kelok. Apakah mereka good planer? Perfeksionis? Penganut paham ‘well-prepared’? Hm, belum tentu juga sih. Mereka semacam kekawatiran yang berlebihan pada sesuatu yang sebenarnya akan baik-baik saja. Mereka merasa seperti menggorok leher sendiri bila memutus salah satu mata rantai kerumitan itu. See, betapa mereka menikmati menyiksa diri sendiri…
Mungkin saya terlalu nyinyir menanggapi orang-orang ribet ini. Jangan salahkan saya dong, salahkan mind-set saya yang dari orok merasa bahwa simpel/sederhana itu better.
Engkau tak perlu memakai semua moda transportasi untuk sampai ke suatu tempat dimana hal tersebut bisa dilakukan hanya dengan menggunakan satu moda transportasi – Eh, entah mengapa saya merasa terlalu boros kata di kalimat ini. Semoga ini bukan salah satu indikasi manusia ribet,hehehe…

Saat ada sebuah apel di depanmu dan itu milikmu dan lagi kau merasa sedang sangat ingin mencicipinya, apa yang akan kau lakukan? Ya kalau saya sih ya tinggal makan saja. Tapi… mungkin yang ada di pikiran orang ribet akan berbeda. Mereka akan menimbang kandungan kalori, mineral, vitamin dan bla bla bla; menakar kehegienisan apel tersebut, merupakan hasil semprotan pestisida yang membabi buta atau hasil dari pertanian bermartabat dan berkelas berupa cocok tanam organik; mungkin juga terlintas di pikiran mereka berapa sidik jari yang singgah di permukaan apel merah yang menggiurkan itu DAN mereka akan semakin was-was untuk mengkonsumsinya. Oh Dewa Batara, saya bakalan mati berdiri kalau harus melakukan close relationship dengan orang-orang seperti ini – Hahaha, berlebihan mungkin tapi ya sangat mungkin.
Gak betah adalah kata yang tepat. Karena mereka ini secara langsung maupun tak langsung akan memaksa secara halus – dan kita akan terpaksa sepaksa paksanya – untuk mengikuti ‘gaya hidup’ mereka. Ah, mending saya gali tanah untuk mengubur tubuh sendiri!

Ada teman yang bilang hidup itu harus dibuat rumit agar kita bisa mempertanyakan hidup secara detail. Orang simpel menurutnya adalah orang yang pola hidupnya santai dan cenderung masa bodoh dengan sekelilingnya. Yang malas untuk bersikap kritis. Haha – plis dong deh, gak ada hubungannya kaleee….
Coba lihat deh orang-orang yang pemikirannya besar itu kebanyakan cara hidupnya sederhana lho. Hei coba bedakan dong sayang, apakah orang yang sehari-hari hanya pakai kaos polos dan celana pendek secara otomatispemikirannya bakalan sependek dan sepolos atributnya?
Ah entahlah, ah sudahlah, ah apalah…






Post Scriptum; kalau kau menginginkan ‘drama’ cobalah berpikir ulang untuk mendekati saya. *tsah! 

Tidak ada komentar: