Kenapa kau tak menyukaiku?
Aku menyukaimu. Aku suka rambut ikal sebahumu, aku
suka bahu lebarmu dan aku juga suka senyum hangatmu yang mudah meradiasi itu.
Tapi engkau
tak bisa lebih…
Aku tahu, kau pun tahu, bahkan semua orang juga
tahu; berkebalikan denganku, kau ini sangat lovable.
Sangat mudah untuk suka padamu. Namun itu rasa suka yang konstan – stabil. Tak ada
pergerakan naik turun serupa grafik detak jantung.
Jadi, aku
membosankan?
Bagaimana mungkin orang semenyenangkan dirimu bisa
membosankan. Masalahnya mungkin ada padaku. Perlu sebuah kejadian luar biasa –
seperti invasi aliens atau bongkahan benda langit yang tiba-tiba menabrak bumi
mungkin – untuk membuatku benar-benar menyukai seseorang. Itu seperti peristiwa
langka yang hanya bisa terjadi sebanyak hitungan jari sepanjang umur hidupku.
Sebenarnya aku sangat mudah suka dengan orang yang
‘menarik’, tapi untuk lebih dari sekedar suka itu lain soal. Haha, bahkan
hanya dengan sekedar melihat cara seseorang mengernyitkan dahi saja bisa dengan
mudah membuatku menyukainya.
Ah, aku
tahu itu sekedar olok-olok kosmikmu. Jadi sebenarnya apa?
Bukan, itu bukan sekedar lelucon satir. Itu yang
sebenarnya tanpa tendensi apa-apa.
Cukup. Sudahi
basa-basi sakarin itu. JADI kenapa kau tak bisa menyukaiku lebih?
Ehm, caramu gusar dengan mengusap-usap pelipis itu
semakin membuatmu menarik. Hehehe…
Baiklah, inilah pandangan sepihakku: engkau
terlalu berusaha keras.
Maksudmu?
Iya, kau terlalu berusaha keras untuk membuatku
lebih dari sekedar suka padamu. Sangat loyal membagi semua yang kau punya
denganku. Apapun yang kau tahu kau tumpahkan di hadapanku. Memberi cuma-cuma segala
hal yang melintas di pikiranmu, dan aku [tentu saja] menampungnya dengan
sukarela. Tapi kemudian kau menjadi seperti buku yang terbuka lebar
lembarannya, sangat mudah ‘dibaca’; kau seperti sebuah pertanyaan pilihan ganda
dan aku tinggal mencentang jawaban D yang bunyinya ‘jawaban A – C benar semua’;
kau ibarat jalan raya dengan beribu rambu lalulintas terpancang di tiap
jengkalnya.
Apakah itu
salah? Aku hanya ingin…
Aku tahu, ketika kau menyukai seseorang kau akan
punya kecenderungan untuk membuatnya selalu terkesan kepadamu – mungkin dengan
membagi semua hal dengannya. Dan itu akan berhasil pada sebagian orang, tapi
tidak denganku.
Ini aturanku; jangan berbaik hati memberikan peti
harta karunmu, berikan dia peta lusuh penuh tanda ambigu yang membuat pening –
susah payah yang membuat gairah. Bahkan anak kecil pun perlu merengek dan
meronta dulu kepada ibunya sebelum mendapatkan permen manis beraneka warna di
genggamannya.
Iya, kau tak perlu berbagi semua rahasia denganku.
Bagi sedikit untukku, simpan sebagian untuk dirimu sendiri dan sisanya biarkan
alam semesta yang bekerja.
.....
Seperti halnya ketika aku mempunyai lagu kesukaan,
aku tak akan mencoba menghafal liriknya di luar kepala. Itu hanya akan
membuatku cepat jenuh, karena aku akan bisa menyanyikannya dimana saja yang
tentu saja akan dibarengi dengan pengulangan-pengulangan kapan saja. Jadi tidaklah
heran bila aku sering tidak hafal lirik lagu meski aku dengan bangga menyebut
itu sebagi lagu favorit. Aku lebih suka mengira-ngira lirik berdasarkan bunyi
lisan lantas ikut menyanyi secara ngawur di bagian reff-nya. Karena kengawuran
itulah semua tampak begitu benar. Hehehe…
Seperti jenis buku atau film yang tak cukup sekali
baca/tonton. Selalu ada yang mengganjal atau terlewatkan hingga membuatmu membaca
atau menonton ulangnya lagi. Tak harus mengulanginya secara marathon, kau bisa
memutar ulangnya kapan saja – diwaktu yang senggang mungkin. Dan bosan adalah alphabet
Z di kamus tebal Indonesia – English.
Aku kira…
Yayaya, aku tahu. Sulit untuk benar-benar suka padaku.
Sial. Dasar
alien planet merah!
Hehe.
Dammit. Singkirkan seringai jelek itu!
Uh-huh. Oke.
Hei, omong-omong thanks for tea and sympathy. I truly
appreciate it.
Well, whatever.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar