Minggu, 16 Desember 2012

SUKA SUKA SAJA



Kenapa kau tak menyukaiku?
Aku menyukaimu. Aku suka rambut ikal sebahumu, aku suka bahu lebarmu dan aku juga suka senyum hangatmu yang mudah meradiasi itu.

Tapi engkau tak bisa lebih…
Aku tahu, kau pun tahu, bahkan semua orang juga tahu; berkebalikan denganku, kau ini sangat lovable. Sangat mudah untuk suka padamu. Namun itu rasa suka yang konstan – stabil. Tak ada pergerakan naik turun serupa grafik detak jantung.

Jadi, aku membosankan?
Bagaimana mungkin orang semenyenangkan dirimu bisa membosankan. Masalahnya mungkin ada padaku. Perlu sebuah kejadian luar biasa – seperti invasi aliens atau bongkahan benda langit yang tiba-tiba menabrak bumi mungkin – untuk membuatku benar-benar menyukai seseorang. Itu seperti peristiwa langka yang hanya bisa terjadi sebanyak hitungan jari sepanjang umur hidupku.
Sebenarnya aku sangat mudah suka dengan orang yang ‘menarik’, tapi untuk lebih dari sekedar suka itu lain soal.­ Haha, bahkan hanya dengan sekedar melihat cara seseorang mengernyitkan dahi saja bisa dengan mudah membuatku menyukainya.

Ah, aku tahu itu sekedar olok-olok kosmikmu. Jadi sebenarnya apa?
Bukan, itu bukan sekedar lelucon satir. Itu yang sebenarnya tanpa tendensi apa-apa.

Cukup. Sudahi basa-basi sakarin itu. JADI kenapa kau tak bisa menyukaiku lebih?
Ehm, caramu gusar dengan mengusap-usap pelipis itu semakin membuatmu menarik. Hehehe…
Baiklah, inilah pandangan sepihakku: engkau terlalu berusaha keras.

Maksudmu?
Iya, kau terlalu berusaha keras untuk membuatku lebih dari sekedar suka padamu. Sangat loyal membagi semua yang kau punya denganku. Apapun yang kau tahu kau tumpahkan di hadapanku. Memberi cuma-cuma segala hal yang melintas di pikiranmu, dan aku [tentu saja] menampungnya dengan sukarela. Tapi kemudian kau menjadi seperti buku yang terbuka lebar lembarannya, sangat mudah ‘dibaca’; kau seperti sebuah pertanyaan pilihan ganda dan aku tinggal mencentang jawaban D yang bunyinya ‘jawaban A – C benar semua’; kau ibarat jalan raya dengan beribu rambu lalulintas terpancang di tiap jengkalnya.

Apakah itu salah? Aku hanya ingin…
Aku tahu, ketika kau menyukai seseorang kau akan punya kecenderungan untuk membuatnya selalu terkesan kepadamu – mungkin dengan membagi semua hal dengannya. Dan itu akan berhasil pada sebagian orang, tapi tidak denganku.
Ini aturanku; jangan berbaik hati memberikan peti harta karunmu, berikan dia peta lusuh penuh tanda ambigu yang membuat pening – susah payah yang membuat gairah. Bahkan anak kecil pun perlu merengek dan meronta dulu kepada ibunya sebelum mendapatkan permen manis beraneka warna di genggamannya.
Iya, kau tak perlu berbagi semua rahasia denganku. Bagi sedikit untukku, simpan sebagian untuk dirimu sendiri dan sisanya biarkan alam semesta yang bekerja.

.....
Seperti halnya ketika aku mempunyai lagu kesukaan, aku tak akan mencoba menghafal liriknya di luar kepala. Itu hanya akan membuatku cepat jenuh, karena aku akan bisa menyanyikannya dimana saja yang tentu saja akan dibarengi dengan pengulangan-pengulangan kapan saja. Jadi tidaklah heran bila aku sering tidak hafal lirik lagu meski aku dengan bangga menyebut itu sebagi lagu favorit. Aku lebih suka mengira-ngira lirik berdasarkan bunyi lisan lantas ikut menyanyi secara ngawur di bagian reff-nya. Karena kengawuran itulah semua tampak begitu benar. Hehehe…
Seperti jenis buku atau film yang tak cukup sekali baca/tonton. Selalu ada yang mengganjal atau terlewatkan hingga membuatmu membaca atau menonton ulangnya lagi. Tak harus mengulanginya secara marathon, kau bisa memutar ulangnya kapan saja – diwaktu yang senggang mungkin. Dan bosan adalah alphabet Z di kamus tebal Indonesia – English.

Aku kira…
Yayaya, aku tahu. Sulit untuk benar-benar suka padaku.

Sial. Dasar alien planet merah!
Hehe.

Dammit. Singkirkan seringai jelek itu!
Uh-huh. Oke.
Hei, omong-omong thanks for tea and sympathy. I truly appreciate it.

Well, whatever.


Tidak ada komentar: