Hai isi perut yang sedang bergejolak, tahukah kamu? Sekarang ini
tampilan nasionalisme di televisi semakin lebay saja. Melebihi lollipop,
terlalu berwarna dan terlalu manis – heran, berapa banyak batang gula dan
pensil warna yang disia-siakan demi menarik mata dan merangsang lidah…
Nasionalisme adalah profit. Rasa bangga dan cinta terhadap bangsa sudah
menjadi komoditas. Dijual serupa kacang rebus dengan bungkus kertas bekas yang
sedikit berminyak; “ini sangat murah, maka belilah. Ayo nikmati selagi hangat…”
Seperti wanita berlipstik tebal dengan rok di atas lutut memamerkan paha mulus
yang bisa kau temui di pinggir jalan tengah malam; “kau berani bayar berapa?
Maka pelayananku akan setimpal. Kecewa dan sesal bukan untuk malam ini sayang…”
Televisi adalah penampil sejati. Ia tahu dengan baik bagaimana cara
menanamkan imej di otak-otak yang matanya melotot terpapar radiasi sinar layar
kaca tanpa harus terlihat terlalu menggurui dan sok tahu [hmm... bukankah itu
terdengar so sweet dan bijaksana sekali. Hahaha]. Di televisi nasionalisme
dikemas semenarik mungkin dengan pita warna-warni dan kelap-kelip di sana sini.
Biar yang melihat silau matanya dan tergerak hatinya. Siapa yang kuasa menolak
tampilan memesona? Ah, taiklah…
*dibuat saat ada gegap gempita
sepakbola nasional di layar kaca. Atas nama Nasionalise barisan do’a pun masuk televisi. Sangat berlebihan saudara. Sampai membuat
mual…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar