Selasa, 01 Maret 2011

TEMAN LEMARI KAYU


Aku mempunyai seorang teman. Temanku itu berambut panjang dengan warna merah menyala. Kami seumuran. Postur tubuhnya juga hampir mirip denganku, namun dia lebih tinggi 1-2 cm dariku. Tapi aku tidak yakin dengan warna bola matanya, selalu berubah-rubah setiap harinya. Hal yang disukainya adalah saat rambutnya yang panjang itu tertiup angin, seperti ia telah  menjangkau surga dengan rambut yang melambai-lambai itu. Hal yang paling dibencinya adalah ketika ada semut yang menggigit matanya, seperti ia melihat neraka di mata yang diameter kelopaknya sudah bertambah beberapa inci itu.

Temanku itu meletakkan logika di tangan kanan. Dia tak pernah menbiarkan seorangpun menjabat tangannya, ia takut seseorang akan mencurinya. Aku sering menggigit lidah bila berbicara dengannya. Membuat mulutku ditumbuhi bulatan kecil berwarna putih, dan terasa sakit sekali bila digunakan mengunyah makanan. Kadang di depannya aku sering mencuri-curi pandang ke dalam tangan kanannya, berharap dia lengah agar bisa mencukil otaknya meski sedikit. Namun aku takut dia akan menempelengku dengan tangannya itu. Itu akan membuat kepalaku sedikit berdenging. Tapi aku masih berteman baik dengannya…

Setiap ada di dekatnya aku dengan berat hati menyembunyikan khayalan-khayalanku [dia menyebutnya omong kosong] di kantong celana, yang sebenarnya membuatku sangat tersiksa karena celanaku sempit sekali. Kadang juga aku menyembunyikannya di dalam kaos kaki yang sudah lupa seperti apa bau deterjen itu. Aku seperti orang yang terserang kram sekujur tubuh bila ada di dekatnya. Kadang juga serupa robot yang kehabisan baterai, berkedap-kedip seperti lampu disko. Tapi dia masih teman baikku...  

Dia adalah teman dengan ekspresi terdatar yang pernah aku kenal. Dia adalah menara es, aku harus mendongakkan kepala dari kejauhan untuk melihatnya agar tidak ikut membeku bersamanya. Saat sedang duduk sebangku dengannya, waktu adalah seekor siput. Pantat  rasanya gatal sekali, ingin sekali menggaruknya tapi aku ngeri dengan sorot mata dingin itu. Aku takut dia akan menyihirku menjadi boneka salju dengan perut gendut dan ranting yang menancap di hidung. Tapi kami masih berteman baik...

Ssst… jangan bilang siapa-siapa, ini  rahasia; suatu malam tanpa sengaja aku memergokinya mengigau dengan tangan kiri terkepal erat, sedang tangan kanannya dia masukkan kemulutnya, dan itu membuat wajahnya kelihatan sangat aneh. Dan tiba-tiba saat itu juga aku begitu ingin memutilasi tangan kanannya, akan aku ganti dengan tangan boneka monyetku. Itu akan membuatnya berpikir dua kali bila ingin menjejalkan tangan kanannya ke dalam mulut lagi. Lagian siapa yang ingin mengulum tangan monyet!

Hahaha… Ada cula di kepalaku, apakah barusan aku menyeringai seperti tokoh antagonis di sinetron?!




* untuk teman yang tinggal di lemari kayuku; jangan tanya kenapa aku masih bisa berteman baik denganmu – Engkaulah satu-satunya yang setia mengusap kepalaku saat aku masuk ke ‘rumahmu’ dengan mata sembab [dengan tangan kananmu]

Tidak ada komentar: