Hai apa
kabar? Hmm, sebenarnya aku tak punya nyali menanyakan kabar. Sudah hampir dua
tahun lho… Dan apakah menanyakan kabar masih relevan? Hehehe…
Hei, planet
merah jangan cemberut dulu. Aku punya alasan kok. Kamu ingin tahu? Ah, aku
yakin kamu pasti ingin tahu, itu lihat dahimu berdenyut-denyut! Sini-sini aku
bisikin, “You know what? Aku lupa
password.” Hihihi, gak usah melotot seperti itu. Iya aku tahu itu sangat
konyol. Tapi kadang manusia suka lupa pada satu hal dalam durasi lama, kan?
Gimana, pembenaranku masih keren, kan? Hehehe…
Oke, bytheway gimana keadaanmu? Setelah hampir
dua tahun aku tak menggores-gores alias menggrafiti planetmu, apakah ada perubahan
yang wow sekali? Ada alien hijau dari
Planet Bayam yang berhasil menginvasi kesini atau kau sudah berganti selera ke
pink misalnya?
Apakah masih ada tempat bagiku di Planet Merahmu? Hei, jangan
mengernyit! Kamu pikIr aku tak bisa bahasa melankolis? Sungguh merendahkan. Ehm,
ada yang ingin aku bilang, tapi janji jangan muntah dulu, “Aku kangeenn…”. Iya aku kangen, aku kangen keabsurdan kita, aku
kangen sindiran-sindiran sarkas dan lelucon satir kita, aku kangen memuntahimu
dengan omelan bawel nyinyirku, aku kangen memutar lagu favoritku keras-keras di
kupingmu, aku kangen berbagi sesuatu denganmu – meski bukan segala tapi itu
lumayan melegakan. Aku kangen, aku kangen, aku kangennn… banget. Sini-sini aku
peluk. Hahaha, ternyata engkau masih canggung dengan intimitasi ya? Tapi tak
mengapa, sini, kita berangkulan yang mesra saja.
Eh, tau gak
sih… Meski aku dalam jangka waktu lama tidak menjejakkan kaki di planetmu,
sebenarnya aku mengawasimu dari kejauhan lho. Ibarat rumah, meskipun aku gak
bisa masuk karena kuncinya lupa naruh dimana, aku masih bisa melihatmu dari
luar pagar pekarangan. Itu karena kamu tahu kenapa? Karena kaca jendelamu
transparan. Tapi, untungnya kamu tangguh ya? Ya iyalah, Planet Merah ini. Kamu harus
berkolerasi positif dengan nama belakangmu!
Kamu tau lagi
gak, ternyata banyak yang kangen denganmu lho. Salah satunya temanku yang
hipster itu, selalu merongrongku dengan pertanyaan yang sama, “Kok sekarang si Planet Merah jarang
dijamah? Aura kekerenannya jadi hilang tuh.” Dan tentunya banyak silent reader yang merasa kehilangan
bacaan absurd, ya ya ya percaya diri bukanlah kriminal. TAPI aku menjamahmu
bukan karena pesanan, karena kamu bukan murahan.
Dan pastinya
saat ini kamu sangat ‘Knowing Every
Particular Object’ alias Kepo kepadaku. Tenang saja Merah, aku akan
mencoretimu dengan krayon warna-warni. You
will know lah…
Yup yup yup,
tahan kepomu sampai batas yang tak ditentukan. Karena mood coretanku tak bisa
diprediksi layaknya cuaca. Mungkin bisa segera, bisa juga akan lama. Jadi,
tahan kepomu di titik nol derajat Fahrenheit, di ketinggian nol Kilometer di atas
permukaan laut, dan di sudut nol derajat.
Saranku, perbanyaklah meditasi. Biar
sabarmu gak empty, BBM mahal lho…
Oke, Merah…
Sampai jumpa lagi di bagian tubuhmu yang lain. Dan jangan sampai memanggilku anonim,
karena aku dan kamu adalah sinonim *Muach, syalalalapan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar