Ya ya, tak usah melotot seperti itu, saya tahu kalau saya ini sangat
jauh dari lovable. Iyes, saya sadar
kalau saya ini cenderung
mudah dibenci. Tidak mengacuhkan dan tidak diacuhkan adalah hal yang biasa bagi saya, jadi ya
tidak heran kalau ada saja yang sebel sama saya. Lha wong saya juga tidak berusaha keras agar semua orang suka sama saya kok. Saya bukan orang yang talk-active, saya pasif kalau masalah omongan. Prinsip saya,
biarkan tindakan yang bicara – mereka mau
ngomong apa kek, peduli amat.
Saya sadar, mereka gampang sebel sama saya karena saya
ini bukan partner yang asyik buat bergosip alias bergunjing. Iya, karena saya paling males
kalau disuruh ngomongin orang, diri sendiri saja belum bener
mau sok-sokan ngomongin orang lain, plis dong deh! Saya tidak antusias kalau diajak mencela orang. Misalnya saat melihat orang
lain yang – padahal – sudah
cantik penampilannya, masih saja ada
hal remeh temeh yang dicela: yang
badannya agak bungkuk-lah, kaki tidak simetris-lah, hidung mancung tapi sedikit bengkok-lah, ya ampun, mata mereka jeli amat [yang padahal
di mata saya semuanya itu sudah baik-baik saja
dan oke-oke saja]. Saya merasa waktu saya terlalu pendek kalau hanya dihabiskan untuk mengamat-ngamati penampilan/fisik
orang lain, mending juga ngupil!
Saya tidak lovable, karena kadang saya ini tiba-tiba bisa
bersikap autis dan apatis. Tiba-tiba sangat
berpusat pada diri sendiri daaaan saya sangat menyukai kesendirian, me-time. Saya benar-benar butuh menyepi tanpa
memperdulikan orang lain. Saya adalah tipikal orang yang bisa tiba-tiba
menghilang dari peredaran tanpa pengumuman terlebih dahulu – ya siapalah saya –
get lost begitu saja kemana saja. Ya, silahkan acungi saya
telunjuk dan kutuk saya!
Ya ya, saya tak ambisius ingin membuat orang lain untuk loyal menyukai dan memuja saya. Saya sedang tidak dalam misi mengumpulkan pengikut sebanyak mungkin. Saya tahu, bahwa semua orang butuh teman. Tapi saya pengen punya teman yang benar-benar teruji secara klinis – halah! Oke, saya butuh teman yang secara fisik tak harus melulu berada di samping saya. Teman yang tak melulu setiap hari harus ngobrol untuk tetap bisa keep in touch. Saya hanya butuh teman yang tidak terpaksa, yang tak sungkan saling berbagi cerita kapanpun itu diperlukan meski kita punya senggang yang panjang tanpa kabar berita. Kita tak canggung untuk kapan-kapan saja saling bertukar salam. Dimanapun-kapanpun-kalau-ingin-ya-silahkan-hubungi-saja. Iya, berteman karena tak terpaksa, berteman sebebas mungkin tanpa merasa terbatas ruang dan waktu. Sebagai jiwa yang bebas, untuk apa mengurung pada keterikatan yang membuat kita agar terlihat intim namun terintimidasi.
Ya ya, saya tak ambisius ingin membuat orang lain untuk loyal menyukai dan memuja saya. Saya sedang tidak dalam misi mengumpulkan pengikut sebanyak mungkin. Saya tahu, bahwa semua orang butuh teman. Tapi saya pengen punya teman yang benar-benar teruji secara klinis – halah! Oke, saya butuh teman yang secara fisik tak harus melulu berada di samping saya. Teman yang tak melulu setiap hari harus ngobrol untuk tetap bisa keep in touch. Saya hanya butuh teman yang tidak terpaksa, yang tak sungkan saling berbagi cerita kapanpun itu diperlukan meski kita punya senggang yang panjang tanpa kabar berita. Kita tak canggung untuk kapan-kapan saja saling bertukar salam. Dimanapun-kapanpun-kalau-ingin-ya-silahkan-hubungi-saja. Iya, berteman karena tak terpaksa, berteman sebebas mungkin tanpa merasa terbatas ruang dan waktu. Sebagai jiwa yang bebas, untuk apa mengurung pada keterikatan yang membuat kita agar terlihat intim namun terintimidasi.
JADI [kamu,temanku] silahkan membenci
sesukamu tapi jangan menyimpan benci. Meludahlah
sesukamu tapi jangan lupa seka bibirmu dan pasang senyum yang lebih lebar lagi. Bebaslah. Bebas membenci lantas memeluk erat,
menyumpah lantas mencium bertubi-tubi dengan buas, berserapah lantas
merangkulkan lengan hingga leher terasa sakit untuk ditolehkan. Silahkan… nyamankan dirimu,
anggap saja rumah sendiri.
DAN satu lagi, saya pun tak heran dengan teman yang gampang
berpaling [karena apapun itu mereka pasti punya alasan tersendiri] atau
mempunyai teman yang gampang melupakan karena [mungkin] menganggap saya sudah
tidak potensial lagi untuknya. Ya kalau saya sih sebisa mungkin dibawa asik
saja, karena kalau masalah lupa melupa saya pun jagonya. Jadi, ya santai saja.
Makanya saya sekarang ini kalau berteman yang biasa-biasa saja, karena saya
tahu cepat atau lambat satu persatu mereka akan meninggalkan saya, sendirian.
Saya tak takut sendirian dan kesepian, toh saat terlahir dulu dan mati nanti saya menangis
dan bakalan digerogoti cacing sendirian – itu bukanlah horor bagi saya.
Hitung-hitung hal itu sebagai persiapan sebelum ditinggalkan, biar tidak
terlalu meringis menahan tangis. Mungkin cara pandang saya yang sekarang ini jauh berbeda dengan cara berteman saya yang dulu,
saya sangat loyal dan royal dengan semua teman tanpa pandang bulu. Hingga ada
yang memanfaatkan kenaifan saya itu, hingganya lagi membuat saya terlihat
tolol. Tapi saya percaya masih ada teman yang baik dan tulus, tapi kadang
saya merasa sedikit kecewa juga dengan masa-masa Young and stupid itu. Yay,
dan sampai sekarang pun saya masih merasa muda dan bodoh! ngahahaha…
Ya sudahlah ya, saya memang ‘selfish and unkind’. Dan saya tak ambil pusing, saya kan hateable tho yaaa… :]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar