Kemanakah kau biasanya membuang sampah? Apakah tempat
sampah favoritmu? Ha-ha kedengarannya konyol sih, tapi coba pikir-pikir lagi
hal-hal yang kadang malas untuk dipikirkan itu. Hm, tapi kalau kamu tipe
pemalas seperti saya mungkin kamu akan kebingungan menentukan pilihan, karena
saya bukan tipikal orang yang menempatkan sampah di tempat yang umum dan
semestinya. Sampah ya tempatnya di tempat sampah. Yap! Wajarnya kamu harus
menyediakan wadah khusus atau kantong besar untuk menampung tetek bengek barang
berbau dan berlendir itu.
Kalau saya sih sebagai orang yang malas
berapi-rapi ria, tempat pembuangan sampah favorit adalah di kolong tempat tidur
dan di pojokan-pojokan gelap yang sulit dijangkau mata. Saya bisa menyelipkan
sampah plastik makanan ringan di lipatan sofa, menempelkan bekas kunyahan
permen karet di kaki meja, menaburkan remah-remah roti di pot bunga. Entah apakah
ini adalah sebuah penyakit psikologis, tapi intinya saya suka menyampah di
tempat dimana orang akan kesulitan mengetahuinya sehingga saya aman untuk
melanjutkan kebiasaan saya itu, hehehe…
Panggilah saya si jorok atau apalah yang
bersinonim dengannya. Namun pada dasarnya saya – masih – suka bersih-bersih
sampah yang sekiranya sudah menumpuk dan mulai membuat cuping hidung mengendus-endus
aroma yang merusak mood bersantap. Saya tahu itu kebiasaan jelek, tapi setiap
orang punya sisi negatifnya kan? Layaknya
magnet yang seimbang karena mempunyai kutub positif dan kutub negatif, jikalau
hanya ada salah satu kutub saja yang dominan maka ia akan terpelanting kesana
kemari tanpa kendali. Jadi, saya sangat manusiawi bukan? ‘Permisi, pembenaran numpang berak!’
Yuhu, itu tadi sampah menyampah dalam artian
harfiah. Bagaimana kalau menyampah dikaitkan dengan menumpahkan unek-unek
pribadi alias curhat ke orang lain,
pastinya kamu punya tipe pilihan orang yang pantas untuk disampahin bukan? Secara
general pastinya ‘tempat sampah’ yang paling aman adalah mereka-mereka yang
bisa dipercaya. Ehem, tapi kalau kamu adalah tipikal orang yang banyak omong
dan butuh banyak perhatian sepertinya semua tempat sampah adalah sama, hehe.
Eh, bagaimana dengan saya sendiri? Karena berhubung
saya ini adalah manusia yang sangat tertutup kalau sudah berhubungan dengan
masalah pribadi-pribadi maka bisa dihitung dengan jari tempat menyampah ideal
saya sepanjang hidup ini. Saya kurang nyaman kalau harus ‘mengadu’ beban saya
kepada orang lain, saya kikuk kalau orang lain melihat saya rapuh. Tangisan biarlah
saya simpan di kantong sendiri. Saya masih bisa berbagi cerita dengan tembok
dan jaring laba-laba di kamar. Tapi kalau keadaan sudah tak tertanggungkan lagi
maka mau tak mau saya harus berbagi dengan orang lain, meskipun hal itu tidak
saya paparkan sevulgar mungkin dan saya pun harus bisa mengendalikan emosi se-efektif
mungkin. Tidak suka mencampuri urusan orang lain, tak banyak omong kosong dan
orang yang biasa-biasa saja adalah tipikal favorit tempat saya menyampah.
Ehm, tapi kalau menilik kebelakang sih sepertinya
saya yang lebih sering dijadikan tempat sampah. Mungkin saya mempunyai daya
tarik untuk dijadikan tempat menyampah tanpa sungkan, atau jangan-jangan saya
masih punya ikatan darah dengan keranjang sampah?
Entah karena saya pendengar yang baik yang malas
memberikan nasihat tanpa diminta atau entah karena saya bisa dipercaya. Aha,
ini mungkin karena saya yang masa bodoh dan cenderung tak terlihat mangkanya
mereka merasa aman untuk menyampah di hadapan saya. *tsah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar