Minggu, 30 Desember 2012

SAMPAH!


Kemanakah kau biasanya membuang sampah? Apakah tempat sampah favoritmu? Ha-ha kedengarannya konyol sih, tapi coba pikir-pikir lagi hal-hal yang kadang malas untuk dipikirkan itu. Hm, tapi kalau kamu tipe pemalas seperti saya mungkin kamu akan kebingungan menentukan pilihan, karena saya bukan tipikal orang yang menempatkan sampah di tempat yang umum dan semestinya. Sampah ya tempatnya di tempat sampah. Yap! Wajarnya kamu harus menyediakan wadah khusus atau kantong besar untuk menampung tetek bengek barang berbau dan berlendir itu.

Kalau saya sih sebagai orang yang malas berapi-rapi ria, tempat pembuangan sampah favorit adalah di kolong tempat tidur dan di pojokan-pojokan gelap yang sulit dijangkau mata. Saya bisa menyelipkan sampah plastik makanan ringan di lipatan sofa, menempelkan bekas kunyahan permen karet di kaki meja, menaburkan remah-remah roti di pot bunga. Entah apakah ini adalah sebuah penyakit psikologis, tapi intinya saya suka menyampah di tempat dimana orang akan kesulitan mengetahuinya sehingga saya aman untuk melanjutkan kebiasaan saya itu, hehehe…

Panggilah saya si jorok atau apalah yang bersinonim dengannya. Namun pada dasarnya saya – masih – suka bersih-bersih sampah yang sekiranya sudah menumpuk dan mulai membuat cuping hidung mengendus-endus aroma yang merusak mood bersantap. Saya tahu itu kebiasaan jelek, tapi setiap orang punya sisi negatifnya kan?  Layaknya magnet yang seimbang karena mempunyai kutub positif dan kutub negatif, jikalau hanya ada salah satu kutub saja yang dominan maka ia akan terpelanting kesana kemari tanpa kendali. Jadi, saya sangat manusiawi bukan? ‘Permisi, pembenaran numpang berak!’

Yuhu, itu tadi sampah menyampah dalam artian harfiah. Bagaimana kalau menyampah dikaitkan dengan menumpahkan unek-unek pribadi alias curhat  ke orang lain, pastinya kamu punya tipe pilihan orang yang pantas untuk disampahin bukan? Secara general pastinya ‘tempat sampah’ yang paling aman adalah mereka-mereka yang bisa dipercaya. Ehem, tapi kalau kamu adalah tipikal orang yang banyak omong dan butuh banyak perhatian sepertinya semua tempat sampah adalah sama, hehe.

Eh, bagaimana dengan saya sendiri? Karena berhubung saya ini adalah manusia yang sangat tertutup kalau sudah berhubungan dengan masalah pribadi-pribadi maka bisa dihitung dengan jari tempat menyampah ideal saya sepanjang hidup ini. Saya kurang nyaman kalau harus ‘mengadu’ beban saya kepada orang lain, saya kikuk kalau orang lain melihat saya rapuh. Tangisan biarlah saya simpan di kantong sendiri. Saya masih bisa berbagi cerita dengan tembok dan jaring laba-laba di kamar. Tapi kalau keadaan sudah tak tertanggungkan lagi maka mau tak mau saya harus berbagi dengan orang lain, meskipun hal itu tidak saya paparkan sevulgar mungkin dan saya pun harus bisa mengendalikan emosi se-efektif mungkin. Tidak suka mencampuri urusan orang lain, tak banyak omong kosong dan orang yang biasa-biasa saja adalah tipikal favorit  tempat saya menyampah.

Ehm, tapi kalau menilik kebelakang sih sepertinya saya yang lebih sering dijadikan tempat sampah. Mungkin saya mempunyai daya tarik untuk dijadikan tempat menyampah tanpa sungkan, atau jangan-jangan saya masih punya ikatan darah dengan keranjang sampah?
Entah karena saya pendengar yang baik yang malas memberikan nasihat tanpa diminta atau entah karena saya bisa dipercaya. Aha, ini mungkin karena saya yang masa bodoh dan cenderung tak terlihat mangkanya mereka merasa aman untuk menyampah di hadapan saya. *tsah…


Tidak ada komentar: