Sabtu, 01 Desember 2012

RANDOMASOCIS


i
Halo tuan Marmut, apakah anda melihat ikan bersirip daun kemangi jalan-jalan di sekitar sini? Kalau tahu tolong beritahu aku, karena ia baru saja membawa sekantong penuh kacang mede-ku. Itu sangat istimewa, karena merupakan oleh-oleh dari peri gigi yang baru saja bertamasya ke negeri bernama Kejora.
Hai-hai Kacang Merah, apakah kau melihat serumpunmu menggelinding di sekitar sini? Bila iya, tolong hubungi aku – tiup saja cangkang keong laut yang sudah keriput,aku akan lekas menyahut.
Oh wahai Dewa Petir, semoga lekas ada lingkaran Halo besar di atas kepala ikan penderita impulsif kronis itu. Dan keajaiban membawa sekantong kacang mede-ku kembali ke habitat asalnya, di kolong ranjangku.
Beribu amin untukmu penguasa bumi mimpi.

ii
Namanya Mona. Dan dia adalah laki-laki. Tapi selang beberapa menit kemudian ternyata saya salah, namanya bukan Mona tapi Monya. Ah, saya lebih suka kalau namanya adalah Mona. “Mona engkau dimana, sedang apa, bersama siapa?” Haha, rima yang bagus bukan? Uh, sindrom obsesif kompulsif!

iii
Wah album-album ini benar-benar underrated – gak mainstream. Saking elitisnya, seumur-umur baru kali ini saya membaca nama-nama musisinya – saya yang kampungan atau mereka yang terlalu eksklusif ditelinga saya yang awam dan sangat overrated ini. Wahai tuan hipster, bolehlah kapan-kapan mampir ke desa saya, akan saya ajak anda bertamasya ke minimarket berinisial A. Di sana sedang ada obral kaset muziek yang aziek yang pas dengan kepala anda yang selalu hip dan trendi itu. Borong-boronglah karena harganya tak lebih mahal dari sepasang sandal jepit baru. Sayang sekali ya, karya musik ‘avant-garde’ hanya dihargai segitu.  Hoho, mungkin pikir minimarket berinisial A itu; “daripada membusuk di gudang lebih baik dilelang dengan lancang”.
Ha-ha, kill me! kill me! kill me! kill me with your tongue, love!

iv
Saat sedang bersih-bersih dapur tanpa sengaja jari tangan saya tergores sebuah pinggiran perkakas dapur yang terbuat dari  seng yang tajam. Kresss! Perih sekali, cekat-cekut-cenat- cenut. Sakitnya sampai ke ujung syaraf di kepala. Untunglah lukanya tidak terlalu parah, kira-kira goresannya hanya sekitar 2 cm. Hanya-pun begitu yang namanya tergores benda tajam rasanya ya; mendirikan-bulu-roma-di-sembilan-detik-pertama.
Lalu apa yang saya lakukan, saudara? Saya hanya berdiri mematang selama beberapa menit – setelah mengaliri luka itu dengan air – berharap perihnya cepat berlalu. Ya akhirnya itu luka cenat-cenutnya reda juga. Lalu saya melanjutkanlah aktifitas cuci-cuci piring. Kan kena cairan sabun cuci, apa tidak sakit nona Lina? Ah prinsip saya jangan manja-manjain luka, apalagi luka kecil kayak gini. Harus ditempa biar cepat sembuhnya, hehehe...
Emang sih agak perih sedikit, tapi masih tertangguhkan-lah ya. Namun lama-lama kebas juga lho. Sumpah, ringisan saya benar-benar mereda.
Namun ya begitulah begitudeh yang namanya luka gores itu macam ababil, gak tentu arah. Kadang sakit kadang reda. Modi-an banget pokoknya. Kalau kena deterjen dan cairan pencuci lainnya saya masih bisa tahan, tapi kalau sudah kena garam; begh, nyiksa batin dan raga sangat amat. Jadi membuat saya kepikiran lebih milih mati ditembak tepat di pangkal otak daripada mati kena tebas atau gorok. Tuhan, itu sangat mengiris seluruh sendi dan saraf tubuh! Uh, tiba-tiba hati saya ikutan perih membayangkannya.
Dan kalau anda adalah seorang psikopat yang benar-benar ingin membuat korban anda menderita dunia akhirat, cobalah mengiris-ngiris tubuh ‘pasien’ anda itu lalu taburi garam diatas sayatan-sayatan lukanya tersebut. Oh ikan tuna, itu benar-benar menderita. MENDERITA!!!

v
saya kadang heran kenapa banyak orang yang begitu jijik dengan kecoak. Apakah mereka identik dengan kotor? Tapi saya kog merasa biasa-biasa saja ya? Menurut saya binatang yang menjijikkan adalah tikus. Bulunya dan tekstur tubuhnya yang kenyal-kenyal itu begitu ‘idih’ menjijikkan sekali. Saya tidak suka tikus apalagi yang baru dilahirkan, merah berlendir.
Kecoak itu mah biasa saja. Tekstur kulitnya yang kokoh dan tebal sama sekali jauh dari kesan geli apalagi menjijikkan atau menakutkan. Hal itu lebih banyak mengingatkan saya pada bangun tubuh Baja Hitam.
Bila anggapan publik sudah umum kalau mereka menjijikkan bukan berarti saya harus ikut-ikutan. Saya punya selera sendiri dong ah!
Kadang saya merasa geli kalau melihat pria-pria macho yang lari terbirit-birit ketika melihat kecoak – seperti waria yang kena trantib. Hahaha...

vi
Saya rasa lamunan saya akhir-akhir ini sudah mulai keterlaluan. Saya selalu seperti ini; sesaat sebelum tidur, pada saat senggang, bahkan pada saat melakukan sesuatu, saya-membuat-dunia-sendiri-di-kepala. Saya menentukan tokohnya, alurnya, settingnya, jalur ceritanya, intinya saya adalah sutradaranya. Ada keasyikan tersendiri bermain-main di sana. Kamu merasa bisa menyalurkan apa-apa yang tidak bisa kau dapatkan di dunia nyata. Misalnya menyusun cerita seperti ini; tiba-tiba saya mendapatkan warisan dari seorang milyuner konglomerat dunia. Karena bingung harus membagikan hartanya kepada siapa – beliaunya tidak mempunyai dinasti penerus ataupun anjing peliharaan – maka secara random terpilihlah saya, wanita-sangat-beruntung-kala-itu. Harta diserahkan secara diam-diam – tanpa publikasi apapun, karena si saya membenci segala bentuk sorotan dan ketenaran. Setelah mendapatkan harta melimpah, si saya ini lantas mewujudkan mimpinya yang belum kesampaian karena kemuskilannya. Mulailah saya berkeliling dunia. Traveling sepuasnya – lone traveler. Si saya ini punya prinsip; tak akan menikah sebelum keliling dunia. Setelah puas berkeliling dunia, mulailah saya menetapkan pilihan pada tempat untuk ditinggali. Sebuah tempat yang benar-benar asing tentunya, dimana tak seorang-pun mengenali saya. Kemudian saya membangun sebuah perpustakaan yang lengkap, nyaman dan asri – terbuka buat umum dan gratis. Lantas seiring berjalannya waktu, si saya kemudian jatuh cinta kepada lelaki seberang jalan yang mempunyai toko kaset musik dan tempat penyewaan VCD/DVD film. Lantas kami saling kasmaran dan hidup bersama. Bahagia dan sedih bersama selamanya.
Haha. wajarkah lamunan saya ini, tuan?

vii
Saya tidak mau mati dalam keadaan selang oksigen yang terpasang di hidung; kantong infus yang terus diganti berkali-kali setiap harinya; injeksi dan obat-obatan yang tak terhitung jumlahnya; resep obat yang tak ada henti-hentinya; saat kencing dan buang air besar harus dilakukan di tempat tidur; ketika makanpun harus disuapi; banyak pantangan-pantangan yang tak kuasauntuk dilanggar
Itu terjadi saat kerut mengerut menghiasi wajah dan badanmu. Pendengaran mulai mengabur, ingatan mulai melamban, mata mulai tak awas. Ya, saya benar-benar tak mau mati dalam keadaan seperti itu.


Tidak ada komentar: