Rabu, 16 Mei 2012

KITA BUTUH PEMAHAMAN BUKAN PENYERAGAMAN

Kita berbeda dari apa yang kita baca.
kita berbeda dari apa yang kita tonton.
Kita berbeda dari apa yang kita dengar.
kita berbeda dari apa yang kita punya.
kita berbeda dari apa yang kita percaya.

Kita berbeda...

Beda cara lingkungan dan orang-orang disekitaran membesarkan kita.
Dikelilingi teman yang tak sama.
Fasilitas dan akses yang kita terima tak juga seragam.

Sedari asal kita sudah dipaksa berbeda.
Keberuntungan yang tak sama sejak dilahirkan. 
Karena kita tak bisa memilih dari rahim mana seharusnya kita dilahirkan...

Jadi,

Apa gunanya mencemooh mereka yang tak satu selera.
Mengutuk apa-apa yang tak sepaham.
Toh standar itu hasil buatan manusia juga.
Pun, kita bukan hasil produksi masal yang dipajang di etalase toko.

So, nyantai wae tho ya.
Lha mereka-mereka itu gak ganggu kita kog.
Kalo gak suka mbok ya disikapi dengan wajar dan waras.
Toh apapun atributnya kita ini sama-sama terbentuk dari ovum dan sperma.

*Maaf, bukannya saya mau sok bijaksana atau apa. Saya bukan pengikut loyal salam super Mario Teguh. Saya orang yang lebih memilih membeli novel picisan daripada buku motivasi yang tebalnya segede gaban , meskipun sedang ada diskon 70%. Dan reality – entah drama entah bukan – show semacam ‘Andai Aku Menjadi’ bla bla bla atau apalah namanya itu yang menjual rasa kasihan dan airmata tak akan sanggup membuat saya menangis termehek-mehek. Ayolah... semengenaskan itukah hidup di desa? [sumpah! Anda membuat saya pengen kencing berdiri. Hahaha…]
Baiklah, panggil saya si bebal! Tapi asal tahu saja, mata saya akan mudah berkaca saat mendengar kata ‘kangen’ keluar dari mulut Bapak Ibu saya . Dan kemarin dulu saya tak bisa menyembunyikan kecengengan saat keponakan saya yang berumur 4 tahun bilang “Mbak Lina itu sahabat terbaikku lho…” – sambil memeluk saya erat dan memberi hadiah kecupan manis di pipi. Saya mewek. Hahaha, ironikal bukan?

Tidak ada komentar: