Selasa, 14 Desember 2010

UNTITLED


“Engkau ini happy terus ya…”
“Enak ya jadi kamu, hidup kayak gak ada beban”
“Heran, kamu ini pernah punya masalah gak sih. Kog perasaan jarang bahkan gak pernah aku lihat kamu itu sedih atau menangis. Kerjaanmu setiap hari kalau gak tersenyum dan tertawa, sudah seperti orang gila saja. Ha ha ha…”


Begitulah sebagian apa kata mereka [sahabat] mengenai apa yang mereka sebut dengan “kelihatannya” aku ini, yang sepertinya bahagia selalu dan melulu. Tidak sepenuhnya salah memang, tapi tak sepenuhnya benar juga. Apalah artinya hidup tanpa masalah dan air mata. Aku pun pernah. Aku pernah tahu seperti apa rasanya menangis sampai dada seakan mau meledak, saat hati meninju tepat dan telak di belakang tengkuk, membuatku sulit bernafas. Dan otak entah melarikan diri kemana… dasar pengecut licik!

Sayangnya aku bukan tipe “berbagi tangis”. Tapi untung aku masih punya koalisi handal; Dia,  malam, tembok dan bantal. Dengan sedikit mantra: “Malam ini juga aku putuskan. Benamkan tangis dalam bantal, dan lupakan seluruh persoalan itu!”.Dan simsalabim adakadabra,  besoknya aku sudah terinveksi virus amnesia. Atau entah, sulit untuk sedih kalau ada efek terang – siang hari.

Silahkan berbagi kesedihan denganku, kapan saja. Dengan senang hati aku akan menjadi “tempat sampah”, aku punya reputasi sebagai pendengar yang baik [he he he]. Dan aku-pun bisa berubah wujud menjadi badut [ho ho ho].

Tapi maaf, sejauh ini aku hanya bisa berbagi kebahagiaan dan kesenangan. Bukannya ingin sok tegar atau tangguh [lagi pula aku tidak tertarik menjadi superhero atau-pun robot], aku hanya masih sanggup menelannya sendiri. Toh, aku punya otak  yang “aneh”. Sepertinya otakku ini sudah di-setel secara otomatis untuk mengaburkan memori-memori yang mengandung air mata [terimakasih untuk Dia]. Hmm… kadang terfikir untuk memeriksakan kepala ini, berhubung aku punya riwayat pelipis kiriku pernah membentur telak batu cadas [tapi aku lupa rasa sakitnya]. Masih ada bekas jahitannya dipelipis sini, yang kata ibuku bisa jadi penanda kalau suatu saat nanti aku hilang. Ha ha ha, konyol… gawat! otak-ku mulai berhalusinasi…

Aku memang tak bahagia setiap hari, tapi pedih-pun pasti punya rasa bosan. Sedih bukan pula harga mati, senyuman dan tawa pasti bisa merayunya. Mungkin ini soal sudut pandang otak dan tata letak hati. Jadi harus pandai-pandai menata ulang dan mendekorasi-nya. Waaah… sepertinya aku harus belajar tentang design interior. He he he…

Tidak ada komentar: