Sabtu, 30 Juni 2012

NANA DAN JUNE DI KOTAK 3 x 4 METER


Disebuah kamar yang lembab hiduplah peri berkelamin laki-laki bernama June. Si June ini bukan tipikal peri yang centil – yang bersuka ria kesana kemari dengan sayap imutnya, yang suka menjerat wanita dengan kerlingan matanya yang cemerlang. June hanyalah peri biasa yang menjalani hidupnya dengan cara yang sangat biasa. Dan June adalah peri yang ada hanya di bulan Juni. Karena dia suka angka enam yang pas ditengah-tengah. Jangan tanyakan padanya kenapa, karena baginya kesukaan dan kesenangan hanya untuk dinikmati bukan untuk dipertanyakan. 

Kau tahu, ‘June’ adalah nama yang ia sematkan sendiri di keningnya. Baginya nama June terdengar sangat tendensius dan misterius – ia memang menyukai ironi yang manis. Sstt… sebenarnya itu dimulai di suatu sore yang kering tanpa sengaja June mendengar sebuah lagu dengan bunyi seperti ini; “Bye June. I'm going to the moon. I hope you make it soon. 'Cause I'm waiting on this moon. Bye June…” Setelah mencari kesana kemari ternyata itu adalah lagu kepunyaan Smashing Pumpkins yang judulnya ‘Bye June’. Sejak saat itulah ia jatuh cinta dengan nama June. 

Sebenarnya masih banyak hal lagi tentang June, tapi hal yang terlalu berlebihan jatuhnya akan sangat membosankan. Baginya; “Galilah sendiri dan kau akan menemukan harta karun.” Yang perlu kau tahu June adalah sesosok lelaki yang teradiksi dengan kontra dan lelaki tertutup dengan senyum ala kadarnya.

Di kamar yang tidak pernah terang itu June berbagi ruang dengan seorang perempuan bernama Nana. Nana tidak beda jauh dengan June. Nana sangat benci hiruk pikuk yang seragam. Ia mencandu sepi tanpa apapun dan siapapun – Ia begitu self obsessed. Cinta baginya hanyalah artefak yang paling menggelikan yang pernah ada di peradaban manusia. Ya, ia adalah pembenci dunia paling militan. Baginya surga hanyalah cerita bualan sebagai pelipur lara atas segala kegetiran di bumi. Itu tak ubahnya sinetron di televisi, membuai tanpa ampun – mengharap bunga bakung mekar ditengah rawa penuh lendir hijau. Sama bodohnya dengan adegan di film yang rambut pemain protagonisnya tetap klimis meski habis babak belur beradu fisik dengan musuh-musuhnya dan dar der dor senjata disana sini tidak mampu membunuhnya, bahkan menggores kulitnya pun tidak. 

Nana tidak terlalu suka banyak bicara. Ia adalah tipikal perempuan yang bicara seperlunya saja. Tapi sebenarnya ada pengecualian, ia akan lebih banyak omong bila sudah bertemu dengan orang yang setipe dengannya. Oleh sebab itu ia lebih suka berbincang dengan cermin. Membuatnya lebih aman dan nyaman. 

Nana tak pernah memikirkan hari esok. Hidup adalah apa yang terjadi hari ini . Untuk apa repot-repot memikirkan masa depan, toh pikirnya umurnya tak akan lebih dikisaran angka 27. Ia adalah pencemburu bagi mereka yang beruntung mati muda. Umur panjang adalah mimpi buruk. Lebih mudah baginya membusuk di dalam tanah berteman cacing daripada menghabiskan hidup di dunia berteman detak jam yang bagai monster bermata satu. Tak ada yang lebih mengerikan dari mahkluk bermata satu, kitab suci dan cerita dalam dongeng mengajarkan itu.

Di kamar 3 x 4 meter itu June menempati ruang di tempat kaset milik Nana. Cover kaset bergambar perempuan berfisik sempurna yang setengah telanjang itu ia jadikan alas setiap harinya. Sangat empuk memang, tapi sayangnya tak bisa memancing birahinya. Standar yang terlalu tinggi untuk memacu detak jantungnya. Gambar perempuan itu terlalu luar biasa untuk ia yang biasa saja.

June bukanlah antidot buat si Nana, begitu pula sebaliknya. Mereka adalah racun bagi dirinya sendiri. Racun yang tak ingin mereka carikan penangkalnya karena sudah terlanjur nyaman denganya. 

‘Tanpa ekspresi’ adalah nama tengah mereka - mereka sudah sama-sama kebas dengan segala lelucon alam semesta. Tidak ada kerut lengkung, diagonal maupung silang yang bertahan lebih dari lima detik di raut wajah mereka. Hahaha, jangan salah itu bukan karena mereka ingin awet muda. Tak ada gunanya awet muda, toh mereka pikir tak lama lagi akan mati muda juga. 

Hmm… kau tahu, mereka sangat suka dengan kata-kata itu - MATI MUDA – Seperti secangkir teh hangat di sore hari saat akhir pekan; Seperti membaca buku di bawah pohon rindang dengan seseorang yang diam-diam sudah lama kita sukai; Seperti lagu-lagu kesukaan yang tak sengaja terdengar dari pemutar music milik seseorang yang tidak kita kenal di dalam gerbong kereta api saat perjalanan pulang ke rumah. Ah, sudahlah… hentikan ‘seperti seperti’ itu, Mati adalah kepastian dan mati muda adalah keniscayaan. 

Benar, selama bulan Juni ini Nana dan June tak saling bicara, mereka tak saling menyapa. Karena mereka tak saling kenal. Bagi mereka berdua lebih mudah mengucapkan ‘Goodbye’ daripada ‘Hello’.

June hanya bisa memandangi Nana setiap perempuan itu memojokkan tubuhnya di sudut kamar, memeluk lutut lantas diam-diam menangis tanpa suara. June tak bisa memeluknya, ia merasa terlalu kecil untuk melingkarkan lengannya di bahu Nana. June hanya bisa menemani tanpa harus terlihat, mendengar tanpa harus memberi timbal balik.

Sebenarnya meski Nana tak pernah menyadari keberadaan June , tapi Nana telah memberi penghiburan bagi June. Nana salah, selama ini di setiap malam ia tidak bicara sendirian dengan tembok kamarnya yang lembab, tanpa ia sadai ia berbicara kepada June. Peri - makhluk tidak kasat mata yang Nana percaya hanya ada di dongengan pengantar tidur para bocah. Ya itulah kenapa June selalu memilih tempat ini di tiap bulan Juni. Seperti menggali mimpi di musim semi… 

Entahlah apakah mereka masih bisa membedakan musim.





“Hei Nana dan June semoga kalian dapatkan apa yang kalian inginkan. Dan bye June, Juni sudah di penghujung…”
  

Sabtu, 23 Juni 2012

GOODBYE




BLAH BLAH BLAH...


Hei, apa kabar?
Biasa saja, tak ada yang luar biasa. Bunga matahari masih berwarna kuning dan nyamuk tetap binatang yang menyebalkan.
Dingin huh?
Malam memang sudah seharusnya begini. Menetralisir kepalamu yang terpapar panas di siang hari. Meski kadang lebih gampang merangsang kelenjar sedihmu. Kombinasi gelap dan dingin tak pernah gagal membuat muram.
itulah kenapa aku tidak suka malam hari.
Ya, aku tahu kau lebih suka bercinta di tengah padang pasir.
Hahaha... Brengsek!
Hahaha...
Menurutmu mana yang lebih merusak, siang yang panas atau malam yang dingin?
Sama saja, panas akan merusak otakmu dan dingin akan merusak hatimu.
Hidup memang sangat menyebalkan. Penuh dengan kontradiksi yang kadang sulit dimengerti.
Hehe. Anggap saja itu sebagai lelucon kosmik. Kita ini hanya tontonan pemancing tawa - boneka kayu yang lucu. Jadi jangan terlalu serius, itu akan membuat mereka tersinggung.
Siapa yang tidak suka menertawakan hal yang konyol?
Ya, kau benar. Kita harus menertawakan hidup sesering kita menangisinya.
Hm, kau sangat seksi saat mengucapkan itu.
Apakah kau merayuku?
Apakah itu memancing hasrat anda tuan?
kau tahu, itu kata-kata yang tak seharusnya kau ucapkan di malam seperti ini. Jangan sampai engkau menyesalinya...
kau benar-benar mempesona...
Hahaha... sial. Berhenti menggodaku. Kau membuat kepalaku berputar.
Hehehe, mau kubuatkan kopi?
Boleh, jangan terlalu manis. 
Aku tahu, kopi itu sudah seharusnya pahit. Biar bisa kau rasakan aroma kuat dari teksturnya yang kasar itu.
Sangat merefleksikan hidup; hitam, pahit dan kasar. Banyak ampas yang kita timbun, hingga menjadi kerak yang sulit hilang tanpa kita sadari.
Bukankah kita ini manusia-manusia getir? 
Kupikir kita perlu mulai menonton acaranya Mario Teguh. Biar kita menjadi manusia super yang tangguh. Betapa hidup sangat menyenangkan, betapa sangat beruntungnya kita, blah blah blah...
Hahaha, omong kosong. Kau membuatku mual. 
Hahaha...

Ini kopimu, minumlah.
Terimakasih, rokok?
Aku sudah beberapa kali mencoba merokok, tapi aku tak bernah bisa menjadi expert. Aku tak pernah bisa menemukan dimana letak kenikmatannya. hanya membuat langit-langit mulutku kering. Semakin membuat haus...
Baguslah, aku tak perlu berbagi denganmu. Lumayan buat stok besok malam.
Dasar oportunis.
Hehe. Eh omong-omong siapa kekasihmu sekarang?
Tidak ada. aku sedang bermain peran sebagai biksuni.
Bodoh. 
Sebenarnya ada yang kusukai, tapi sepertinya dia tidak tertarik dengan perempuan aneh sepertiku.
Seharusnya aku membenturkan kepalanya ke tembok agar otaknya bergeser sekian derajat.
Aku tahu,dia pasti gay.
Hahaha, aku jamin kau pasti akan jatuh cinta padanya...
Hahaha, lucu sekali nona penyuka tomat.
Hehehe...
Mari bermain; bila kau diberi tiga permintaan yang bisa dikabulkan, apa yang kau minta?
Aku ingin tumbuh besar di tahun 80-an. Ada invasi alien besar-besaran ke bumi. dan terakhir bisa mencium Cillian Murphy. 
Kenapa tahun 80-an?
kau tahu aku kadang sangat muak dengan gempuran inovasi teknologi yang tanpa henti itu. Dimana kitab suci standar hidup manusia telah bermutasi pada iklan-iklan yang bertebaran dimana-mana. Aku selalu merasa hidup di tahun yang salah.
Lalu ada apa dengan invasi alien?
Aku pikir alien itu keren. Jadi mati di tangan mereka tak terlalu buruk menurutku.
Mengapa tak memilih menjadi superhero saja?
Jangan konyol, pakaian ketat mereka sangat menggelikan. Lagi pula aku tidak suka jadi pusat perhatian, itu akan membuatku kikuk. Ayolah... menyelamatkan dunia itu terlalu berlebihan kawan.
Dan kenapa juga harus mencium Cillian Murphy, kenapa bukan aku? heheh...
Aku bisa menciummu sekarang. Tapi itu terlalu mudah untuk menjadi kenyataan. jadi untuk apa aku meminta hal yang mudah diwujudkan, hehehe...
Kadang kau harus menyimpan hal yang mustahil untuk kesenangan sendiri. Anggap saja sebagai pil penenang pengantar tidur.
Hehehe, kau ini memang racun. 
Eh bukannya pagi ini ada pertandingannya Jerman vs Yunani, perempat final bukan?
Iya. Semoga Yunani yang menang. Akan sangat membosankan kalau tim unggulan semua yang lolos ke semifinal. Meskipun ada Mesut Ozil yang kalem. Kemarin sudah Portugal.
Huf, temanku pasti akan menggorok leherku bila mendengar ini.
Heheee, sangat Mustahil sepertinya...
Gak nonton? Ini sepertinya sudah mulai pertandingannya. 
Lagi malas, besok saja lihat di berita hasil pertandingannya.
Tumben?
Ngantuk, lihat kamu bawaannya pengen tidur mulu.
Ha-ha-ha. dasar racun!
Tidur dulu ya, kamu takut hantu gak?
Gak, kenapa memang?
Teorinya kalau gak takut hantu berarti kamu gak takut gelap. aku matiin lampuya kalau begitu.
Ehm. Teori yang aneh. Baiklah. heh, apakah kau punya do'a sebelum tidur?
Ada; "wahai tuhan dan alam semesta semoga aku punya kekasih seorang hippies, biar aku bisa hidup berpindah-pindah tempat." Amin...
Amin.Do'a yang manis. sayang sekali aku bukan hippies. 
Eh aku punya lulabi untukmu;  
"Hari ini hujan di sore hari. 
Aku sungguh senang sekali. 
Membuat hati berseri-seri dan berapi-api. 
Semuanya kuyup tak terperi. 
Baunya lembut lentur penuh birahi. 
Uh, membuat dadaku berdesir seperti kena sihir. 
Hi-hi-hi... 
Kenapa bau hujan ini bercampur dengan bau melati dan wiski. Adakah yang akan mati malam ini?"
Little creepy ya. Saiko.
Ini bukannya saiko tapi eksotis. Seperti 'magic mushrooms'. Membuatmu cepat terlelap dalam kubangan imajinasi dan halusinasi mimpi.
Sedikit hiperbola ya.
Tidak apa-apalah, sedikit ini.
Terserahlah, sesukamu saja.
Hohoho, mulai pasrah. 
Kalau aku boleh tahu hal apa yang membuatmu takut saat tidur?
Bukannya takut, tapi lebih tepatnya penasaran. Aku selalu merasa bahwa saat aku terlelap, barang-barang yang ada di kamarku akan hidup semua. Mereka saling bercengkerama dan bermain. Aku yakin suatu saat pasti bisa mempergoki mereka. 
Heran, kenapa mereka menyembunyikan itu dariku. Aku kan butuh teman bermain juga. 
Mungkin belum saatnya saja. Biar efek dramatisnya lebih nendang. Biar lebih memorable.
Mungkin juga.
Sstt... tidurlah, sebentar lagi adzan subuh . Suara-suara itu akan membuatmu semakin sulit tidur.  
Brengsek. Kau pikir aku setan!
Hihihi, sudah-sudah tidur sana. Eh matikan dulu puntung rokokmu itu. Dan jangan lupa kecilkan sedikit volume radionya.
Yeah you rite! 'I'm easy like sunday morning.' 
Good boy... Muach! 
Tidurlah..
Hmm.. Terimakasih ciuman selamat tidurnya.
Ya, lebih baik lagi kalau kau mencoba berhenti bicara dan tutuplah matamu itu.
Hm. baiklah...
...



Ps; 'Dan akhirnya Jerman-pun menang dan teman saya senangnya bukan kepalang' Siaaal...


Jumat, 22 Juni 2012

DOWN

 gambar diambil dari sini

I don’t know where I’m at
I’m standing at the back
And I’m tired of waiting
Waiting here in line, hoping that I’ll find what I’ve been chasing.

I shot for the sky

I’m stuck on the ground
So why do I try, I know I’m gonna fall down
I thought I could fly, so why did I drown?
Never know why it’s coming down, down, down.

I'm not ready to let go

Cause then I'd never know
What I could be missing
But I’m missing way too much
So when do I give up, what I’ve been wishing for.

I shot for the sky

I’m stuck on the ground
So why do I try, I know I’m gonna fall down
I thought I could fly, so why did I drown?
I'll never know why it’s coming down, down, down.
Oh I am going down, down, down
Can’t find another way around
And I don’t want to hear the sound, of losing what I never found.

I shot for the sky

I’m stuck on the ground
So why do I try, I know I’m gonna fall down
I thought I could fly, so why did I drown?
I never know why it’s coming down, down, down.

I shot for the sky

I’m stuck on the ground
So why do I try, I know I’m gonna fall down
I thought I could fly, so why did I drown?
I'll never know why, it’s coming down, down, down.


*Down - Jason Walker



Kamis, 21 Juni 2012

PERSEPOLIS



Marjane [voice over]: "I remember I led a peaceful, uneventful life as a little girl. I loved fries with ketchup, Bruce Lee was my hero, I wore Adidas sneakers and had two obsessions: Shaving my legs one day and being the last prophet of the galaxy." 
 

Rabu, 20 Juni 2012

JUST ANOTHER SHIT


Kau ingat suatu siang di bawah tangga. menunggu keriuhan menepi kau menanyakan sesuatu yang kau sudah tahu. Juga aku tak peduli kalimat apa yang keluar dari bibirmu. Alam semesta telah berbicara lewat binar matamu. Sejak saat itu kutasbihkan kau sebagai karya seni buatan tuhan. Sebut aku pemuja indera penglihat!

Kau ingat suatu siang di bawah tangga. dari atas balkon kulihat engkau melemparkan senyum. Tak lama, lantas kau menundukkan pandangan. Entah malu entah ada yang lebih menarik di kedua sepatumu. Aku tahu kau sering melakukan itu. Menatap dengan leluasa saat aku membelakangimu. Mengalihkan pandangan saat aku melintas dihadapanmu. Hanya melemparkan senyum sekilas lalu. Ya, tak perlu kau sok pamer denga mata berbisamu itu.  Alih-alih memberi penawar, kau biarkan aku mati keracunan.

Kau ingat suatu siang di bawah tangga. Engkau muram tak seperti biasa. Matamu yang luar biasa itu sayu tak berbahaya. Rambutmu acak-acakan tak tahu arah. Kaosmu lusuh seperti baru kena injak seratus pasang sepatu tentara. Mungkinkah zombie keluar di siang hari. Ah, kadang aku rancu dengan mahkluk bertaring berjubah kelelawar itu. Hei apa yang sudah kau lakukan semalam?

Ku ingat suatu siang di bawah tangga. dari atas balkon seorang teman memanggil menyuruh naik ke atas. Lantas dengan mata was-was ia setengah berbisik, sayup-sayup; "Mas 'itu' sudah gak ada, semalam truk besar melindas tubuhnya..."



Dan sampai sekarang aku masih melakukan hal bodoh itu. Mengamalkan seperti apa yang buku dan film ajarkan; mencari bintang yang paling terang lalu berbincang. 
  

SUDIKAH?

gambar diambil dari sini

Hai Tuan...
Punyakah anda pil penenang
Atau mungkin anda menyimpan pistol di bawah bantal
Satu peluru sudah cukup
Mari kita bermain Russian Roulette
Sudikah?

KETIKA RIANG SEBATAS SENANG. KETIKA SENANG SEBATAS TENANG. KETIKA TENANG SEBATAS KENANG. KETIKA KENANG SEBATAS KUNANG


Di sore hari yang muram
Saat gelisah menjelma geram 
Ketika lamunan semakin keterlaluan
Kamar tak lagi berkawan nyaman
Langkah kaki lantas bergegas lekas

Di luar,
Tidur telentang menantang awan
Mencari penghiburan pada layang-layang pemburu awan
Di atas kepala burung-burung berkoloni membentuk formasi
Mencemoohi aku yang merutuki mimpi 
Sendiri...

Jingga di luar
Sayang tak menular sampai nalar
Bunyi maghrib semakin membuat hati berderit
Bukan sebab gentar karna dosa yang tak tertakar
Tapi betapa takdir begitu getir

Ingin larut lenyap di batas cakrawala
Atau karam di tengah ngarai
Siapa peduli
Bahkan mati tak lagi membuat ngeri

"Semoga ada hujan meteor malam ini,
lalu menghancurkanku menjadi abu." 
  

Selasa, 19 Juni 2012

BUKU TERBAIK YANG SAYA BACA MINGGU INI

 
1. THE FACE OF ANOTHER
DATA BUKU
Judul              : The Face of Another
[1964]
Penulis            : Kobo Abe
Penerjemah    : Wawan Eko Yulianto
Penerbit         : Jalasutra, Yogyakarta
Cetakan          : I, Oktober 2008
Tebal              : 350 halaman



Buku ini bercerita tentang bagaimana pergulatan jiwa si ‘aku’ [tokoh utama] – seorang kepala institut terkemuka di jepang – dengan topeng buatannya dan wajah hancurnya. Dimana sebelumnya ia selalu percaya bahwa wajah bukanlah esensi utama, tapi kualitas diri adalah apa yang paling dibutuhkan dalam hidup. Sayangnya ia tidak hidup di jaman batu, ia hidup dimana pencitraan/tampilan begitu diagung-agungkan. Setelah wajahnya hancur karena ledakan oleh percobaan kimia di laboratorium, hidupnya seketika itu menjadi jungkir balik. Bagaimana orang mengacuhkan dan mengasingkannya hanya semata-mata karena wajah. Tak terkecuali istrinya sendiri. Ia begitu dendam dan geram pada dunia. Ia jadi pembenci bagi orang lain dan dirinya sendiri. Hidup tak berlaku pantas padanya, lantas ia memutuskan untuk membalaskan dendamnya dengan cara membuat topeng yang paling alami dan sempurna untuk menguji semua orang yang terlalu percaya pada wajah. Dan yang paling utama ia ingin menggunakannya untuk menguji kesetiaan istrinya. Lalu berlanjutlah konflik-konflik pribadi yang menguras jiwa dan emosi itu.
Mengutip teks yang ada di belakang sampul buku ini: "The Face of Another akan membuka rahasia hati orang yang dicampakkan lingkungan terdekatnya hanya karena ia kekurangan hal sepele. Membacanya akan membuat kita tahu makna seraut wajah. Kemunafikan yang disembunyikan di balik senyum menawan, dan betapa orang terdekat malah bisa menikam dari belakang."
Menurut saya buku ini benar-benar psikologi parah. Banyak bertutur tentang keterasingan/alienasi, skeptisisme, eksistensial dan beragam hal kejiwaan lainnya. Penuh dengan  metafora-metafora. Hal ini membuat saya  berhenti mendadak di beberapa bagian untuk sekedar menghubungkan pemahaman di bagian sebelumnya. Buku ini berhasil membuat saya sakit jiwa. Seperti kepingan puzzle yang potongan bagian tengahnya hilang dan setelah dicari kesana kemari ternyata terselip dikeliman baju. Membuat frustasi! Daya tahan sabar saya benar-benar diuji dalam membaca buku ini. Emosi dan letih campur aduk jadi satu. Tapi peluk cium untuk ego tinggi saya yang merasa tertantang untuk menyelesaikannya hingga lembar terakhir. Saya akui si Kobo Abe telah sukses memaksa saya ikut merasakan kekalutan jiwa sang tokoh utama, dan saking kalutnya saya pernah hampir melemparkan buku ini ke kolong ranjang. Jarang-jarang saya mendapati buku dengan efek seperti ini. Sampai membuat saya kehilangan selera makan dan sulit tidur – baiklah, bagian selera makan dan sulit tidur itu saya rasa sudah terlalu berlebihan.
Buku The Face of Another ini adalah buku kedua setelah ‘The Shoes of the Fisherman’-nya Morrist West yang memaksa saya rehat disana sini sebelum melanjutkan perjalanan untuk membacanya setelah berhasil mengumpulkan mood yang berceceran dimana-mana. Buku-buku tipikal seperti ini kadang membuat saya berpikir; terjemahannya yang salah atau sayanya saja yang terlalu bodoh. Hehe...

2. LOLITA
DATA BUKU
Judul            : Lolita
Penulis          : Vladimir Nabokov [1955]
Penerjemah  : Anton Kurnia
Penerbit       : PT. Serambi Ilmu Semesta
Cetakan        : I, Maret 2008
Tebal            : 529 halaman



Penampilan kadang seperti perangkap tikus dengan umpan sekerat keju. Cheesy, itulah kesan pertama saat sekilas melihat cover buku ini. Sangkaan awal saya ini buku tentang remaja/teenlit. Ya gara-gara sampulnya yang ‘renyah’ itu. Karena itulah saya cuekin buku bergambar kaki itu selama beberapa hari dan memperiotaskan buku-buku lain yang saya anggap bagus. Toh saya pikir hanya butuh beberapa jam saja untuk menghabiskannya. Setelah sekian hari dan saat waktu saya sangat senggang dan juga sudah tidak ada lagi buku yang tersisa untuk saya baca, akhirnya saya mengalihkan perhatian pada si Lolita ini. Terkutuklah saya karena sudah berburuk sangka. Perasaan saya sudah tidak enak ketika membaca teks kecil di cover depan buku yang sebelumnya luput dari radar mata saya “Satu diantara tiga novel paling berpengaruh di dunia...” – Time. Sial memang, saya telah menyia-nyiakan jatah sisa hidup saya – bolehlah mendramatisir sedikit, masak kalah sama berita-berita di televisi itu, hehe. Baiklah saya akui buku ini memang keren. Karena berhasil membuat saya kadang harus memelankan laju baca untuk bisa memahami apa yang di maksud penulis – ini karena penulis banyak menggunakan simbol-simbol dan bagaimana cara penulis menggambarkan kondisi kejiwaan si tokoh utama melalui lamunan-lamunannya – namun secara bersamaan hal itu membuat saya ingin segera membacanya hingga tuntas. Ironis yang manis.
FYI: Istilah Lolita menggambarkan tentang perempuan muda yang dewasa/matang secara seksual sebelum waktunya Sedangkan Lolita Syndrome adalah keadaan di mana seorang dewasa, umumnya lelaki, tertarik secara seksual kepada anak-anak pada masa pubernya; kondisi ini juga disebut efebofilia.
‘Lolita berkisah tentang pengakuan seorang profesor setengah baya bernama Humbert Humbert yang terobsesi seorang gadis remaja, Dolores Haze – sang lolita. Untuk bisa berdekatan dengan Dolores, Humbert menikahi ibu gadis itu. Setelah sang ibu tewas dalam kecelakaan, Humbert membawa anak tirinya berkelana mengelilingi Amerika Serikat, menikmati cinta terlarang dengan segala manis getirnya’ – Panggil saya pemalas, bagian ini saya kutip habis-habisan dari teks di sampul belakang buku.
Cerita dalam buku ini secara sadar maupun tidak telah membuat saya memaklumi bagaimana seorang Humbert Humbert begitu terobsesi pada Lolita – si peri asmara [Nymphet]. Cinta penuh hasrat yang tak lazim itu tidak membuat saya langsung menjustifikasinya sebagai abnormal. Ini berkat kepiawaian Vladamir Nabokov mentuturkan secara detail hasrat Humbert terhadap lolita tanpa membuatnya vulgar dengan cara norak dan murahan. 
Coba lihat bagaimana indahnya Nabokov melalui Humbert menggambarkan sosok Lolita; “LOLITA, CAHAYA hidupku, api sulbiku. Dosaku, sukmaku, Lo-li-ta: ujung lidah mengeja tiga suku kata, menyentuh langit-langit mulut, dan pada kali ketiga menyentuh deretan gigi. Lo. Li. Ta.” Dan ini lagi; “Dia adalah Lo yang biasa-biasa saja di pagi hari, setinggi seratus lima puluh senti, mengenakan sebelah kaus kaki. Dia adalah Lola saat mengenakan celana panjang longgar. Dia adalah Dolly di sekolah. Dia adalah Dolores pada data isian bertitik-titik. Namun, dalam pelukanku dia adalah Lolita,” [hlm 15]
Mungkin saya telah bersimpati kepada si Humbert ini karena rasa kasihan saya padanya; pria kesepian yang rapuh dan kikuk. Dan kadang saya gemas juga pada lolita yang kenes, misterius serta pembangkang yang kadang lihai mempermainkan dan memanfaatkan rasa cinta Humbert yang berlebihan kepadanya. Namun kadang rasa simpati dan gemas itu saling bertukar tempat; kadang saya kasihan pada Lolita, kadang juga saya bisa gemas pada tokoh Humbert. Inilah kehebatan Nabokov dalam melukiskan nuansa psikologis tokoh-tokohnya.
Dan meskipun katanya ini adalah buku yang kontroversial tapi saya tidak melihat ada yang salah dalam buku ini. Buku yang indah. Bacalah bacalah bacalah... :]

3. TANAH TABU
DATA BUKU
Judul          : Tanah Tabu
Penulis        : Anindita S
. Thayf

Penerbit     : Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Cetakan      : I, Mei 2009
Tebal          :
240 halaman



"Di ujung sabar ada perlawanan. Di batas nafsu ada kehancuran. Dan air mata hanyalah untuk yang lemah."
Pertama saya sangat suka cover buku ini, sangat berkarakter. Tanah tabu bercerita tentang tiga orang perempuan dari tiga generasi berbeda dengan latar belakang budaya Papua. Tanah Tabu berkisah tentang perjalanan hidup perempuan Papua bersuku Dani, yakni; Mabel,  Mace dan Leksi, bersama-sama berjuang menapaki getirnya hidup dan bertahan di antara ketegangan konflik di daerah mereka.Tokoh-tokoh utama yang begitu tangguh dan tangkas dalam menyikapi hidup dan lingkungannya yang sebenarnya penuh dengan keterbatasan. Dan, kehadiran tokoh Pum dan Kwee di buku ini yang meskipun tak biasa semakin menambah keluarbiasaannya. 
Cerita dalam buku ini akan membuat anda tersentuh dan ber-empati tanpa berusaha untuk menye-menye. Begitu ringan mengalir, meskipun tema yang diangkat berlatar belakang budaya/etnik yang biasanya rumit. Meskipun alurnya bolik balik, itu tak akan membuat otak anda jungkir balik. Berbobot tanpa harus menggunakan istilah-istilah yang abot [berat]. Pantas saja kalau si penulis dinobatkan sebagai pemenang pertama dalam Sayembara Novel DKJ 2008.
Anindita tidak menulis sebuah novel etnografi dengan semangat eksotisme kolonial, melainkan dengan perspektif emik yang penuh empati. Melalui novel ini saya berkenalan dengan Leksi, seorang bocah Papua, yang dengan kenaifannya justru menunjukkan kritisisme cerdas; juga Mabel yang menjadi eksemplar seorang perempuan hebat tanpa perlu ribet dan genit dengan retorika la aktivis perempuan menengah-kota. -Kris Budiman, Kritikus Sastra, Juri Sayembara Novel DKJ 2008-
Intinya, saya sangat teradiksi dengan buku ini. Begitu lembar pertama saya buka, mata dan pikiran saya tidak berhenti memelototinya hingga lembar terakhir. Buku ini seperti sarapan pagi dengan seporsi bubur ayam, sungguh mengenyangkan untuk memulai hari tanpa harus memberatkan kerongkongan untuk menelannya. Selamat menikmati, tenang saja ini tak akan membuat kulit anda berselulit... :]


ENDAH N RHESA - LIBURAN INDIE


Saat ku berjalan tanpa ragu tanpa bimbang
Takkan ku lepaskan engkau dari genggaman tanganku
Melepas lelah pergi jauh kembali lagi
Bersamamu selalu tak ingin berakhir waktuku

Menikmati pagi sore dan malam
Secangkir kopi panas santai tanpa batas
Lalu ada sir dandy bernyanyi
Mocca kembali lagi musik indie di tv

Menikmati pagi sore dan malam
Jimmy buluk siaran otong koil twitteran
Lalu ada kabar trio lestari
Akan tampil di sini kami pun hampiri

Menikmati pagi sore dan malam
Ditemani lagu efek rumah kaca
Lalu ada barry likumahuwa
Di majalah ternama kami turut bangga

Menikmati pagi sore dan malam
Navicula Bertandang sid berjuang
Lalu ada gigi anji tohpati
White Shoes Couples Company dan ran terus berlari

Tiba-tiba panggilan kerjaan tak bisa diabaikan
Kami harus lakukan kembali...
  

Minggu, 17 Juni 2012

TUHAN SUKA BERMAIN HUJAN

 Gambar diambil dari sini

Semalam aku sms tuhan; “Han, kirimkan aku seorang teman baru.”
Dan tuhan mengirimkan hujan...
                                     

HURU HARA BOLA BOLA

Alkisah hiduplah seekor kelinci dengan kacamata berbingkai segede gaban sedang mewawancarai perempuan yang sangat biasa-biasa saja. Si kelinci penganut aliran hipster sedang bertanya jawab seputar Euro Cup kepada si perempuan penganut aliran egosinisme. Dengan latar belakang semak belukar yang bergoyang hebat mengalirlah obrolan 'panas' itu...

Kelinci [K]: Kenapa tidak suka Portugal?
Perempuan [P]: Malas saja lihat rambut klimisnya Ronaldo.
[K]: Kenapa suka Perancis?
[P]: Karena ada orang Indonesia yang main di situ?
[K]: Ha! Siapa?
[P]: Nasril Ilham.
[K]: NASRI! SAMIR NASRI!
[P]: Oh. Baiklah, gak usah histeris.
[K]: Ehem. Siapa jagoanmu kali ini?
[P]: Yang tidak dijagokan.
[K]: Kenapa tidak seperti kebanyakan orang; menjagokan Spanyol, Jerman atau Belanda?
[P]: Ya karena saya bukan orang kebanyakan.
[K]: Hm. Angkuhnya.
[P]: Saya egois bukan angkuh.
[K]: Huh! Sama jeleknya.
[P]: Bodo amat. Next! Pertanyaan selanjutnya.
[K]: Impian anda tentang Euro?
[P]: Bisa jadi anak kecil yang digandeng tangannya sama Ibrahimovic.
[K]: Setahu saya Ibra bukan Pedhopil.
[P]: saya gak keberatan...
[K]: Mengapa anda mengidolakaan Ibra?
[P]: Siapa bilang idola, saya hanya suka.
[K]: Oke koreksi. Kenapa suka?
[P]: Well, matanya tajam, tidak berkulit putih pucat, rambut gondrong dan punya sedikit jambang.
[K]: Fisik sekali.
[P]: Saya masih perempuan.
[P]: Ehm. Dan Zlatan Ibrahimovic adalah nama yang menggeletik di telinga. Seksi.
[K]: Fetish yang aneh.
[P]: Next!
[K]: Hal konyol selama Euro?
[P]: Baru tahu kalau lagu resmi Euro itu ternyata bunyinya 'endless summer' bukan 'in this summer'.
[K]: Bodoh.
[P]: Bukan saya saja yang tertipu.
[K]: Hal apa saja yang ingin diubah di Euro ini?
[P]: Opening Ceremony gak usah diganti dengan konser-konseran gak penting. komentator cukup muncul 5 menit sebelum kick off.
[K]: Apa yang akan dilakukan jika tim jagoan menang?
[P]: Cukur bulu ketek.
[K]: Njijik'i.
[P]: Peduli amat. Next! 
[K]: Oke, last Question. Ada closing statement?
[P]: Jangan lupa shalat tahajud sebelum nonton bola.
[K]: Kepet. 
[P]: Bawel.
[K]: Saya gak pake behel.
[P]: Kelinci bolot.
[K]: sudah ah, saya mau cari rumput dulu.
[P]: Pergi sana. jangan lupa bawa jas hujan.
[K]: Ngapain?
[P]: Siapa tahu di jalan kena kencing nyasar.
[K]: Brengsek.
[P]: Sana-sana. Berisik.
[K]: Da daaah perempuan egois hobi makan buncis...
[P]: Da daaah juga kelinci rumpi yang gak pake rompi...